Senin 24 Feb 2020 18:51 WIB

Eropa Belum Pertimbangkan Larangan Bepergian Terkait Corona

Italia melaporkan empat orang meninggal dunia akibat virus corona.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Eropa Belum Pertimbangkan Larangan Bepergian Terkait Corona. Polisi berjaga di rumah sakit Schiavonia, dekat Padova, di mana tes untuk virus corona dilakukan terhadap warga di Veneto, Italia utara.
Foto: EPA
Eropa Belum Pertimbangkan Larangan Bepergian Terkait Corona. Polisi berjaga di rumah sakit Schiavonia, dekat Padova, di mana tes untuk virus corona dilakukan terhadap warga di Veneto, Italia utara.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisioner Eropa mengatakan Uni Eropa belum mempertimbangkan untuk melarang perjalanan ke wilayah bebas perbatasan Schengen walaupun wabah virus corona sudah merebak di Italia.

Namun, mereka mengatakan sedang menyiapkan rencana darurat. Italia melaporkan empat orang meninggal dunia akibat virus corona.

Baca Juga

Sejak Jumat (21/2) negara itu sudah mengonfirmasi 150 kasus. Hal ini membuat Italia menjadi negara yang terdampak virus corona baru paling parah di luar Asia.

"Dalam berbagai skenario, seperti mengkoordinasi penangguhan perjalanan ke Schengen, kami belum melakukannya hingga saat ini, tapi kami sedang mengerjakan berbagai rencana darurat," kata Komisioner Manajemen Krisis Uni Eropa Janez Lenarcic di Brussels, Senin (24/2).

Pada Sabtu (22/2) malam, Austria menangguhkan perjalanan kereta dari Pegunungan Alpen menuju Italia sekitar empat sebelum memulainya kembali. Setelah dua orang wisatawan dinyatakan negatif virus corona.

Komisioner Kesehatan Uni Eropa Stella Kyriakides mengatakan larangan bepergian ke Schengen harus dilakukan secara tepat dan dikoordinasikan seluruh negara anggota. Ia mengatakan larangan itu harus berdasarkan bukti saintifik.

"Untuk saat ini, WHO belum menyarankan untuk memberlakukan larangan baik bepergian atau perdagangan," kata Kyriakides.

Ia menambahkan organisasi kesehatan itu akan datang ke Italia pada Selasa (25/2). Mereka akan menilai situasi negara itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement