Kamis 27 Feb 2020 07:32 WIB

Jerman Dinilai Menuju Epidemi Virus Corona

Jerman telah melaporkan 20 kasus infeksi virus corona.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Seorang perawat mengecek kondisi pasien yang terjangkit virus corona.
Foto: Chinatopix via AP
Seorang perawat mengecek kondisi pasien yang terjangkit virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman mengatakan mereka mulai menuju epidemi virus corona dan tidak dapat melacak penularan semua kasus. Sebab, jumlah kasus penularan di luar China terus meningkat. Sejauh ini Jerman baru melaporkan 20 kasus virus corona.

Mereka mengatakan sudah tidak mungkin lagi melacak rantai penularan. Pada Rabu (26/2), Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn meminta pihak berwenang regional, rumah sakit, dan pengusaha untuk meninjau rencana pandemi mereka.

Baca Juga

"Banyak orang yang telah melakukan kontak dengan pasien-pasien dan itu perubahan besar untuk 16 pasien yang kami miliki sekarang yang mana rantai penularannya dapat dilacak sampai ke titik awalnya di China," kata Spahn, seperti the New York Times, Kamis (27/2).

Kasus-kasus di negara-negara Asia sudah mencapai ribuan. Brasil mengkonfirmasi kasus pertama di Amerika Latin. Virus yang juga disebut COVID 19 ini juga sudah menyebar ke Pakistan, Yunani, Aljazair, dan Georgia.

Perusahaan raksasa Nestle menghentikan sementara semua perjalanan bisnis sampai 15 Maret. Berdasarkan indeks saham semua negara MSCI dalam perdagangan selama empat hari pasar saham dunia rugi 3,3 triliun dolar AS.

Pihak berwenang kesehatan Amerika Serikat (AS) yang sejauh ini menangani 59 kasus mengatakan tampaknya pandemi global akan terjadi. Tapi Presiden AS Donald Trump menuduh dua stasiun televisi kabel yang kerap mengkritiknya sengaja membuat virus corona sangat buruk.

"(Mereka) melakukan segalanya untuk membuat (virus corona) seburuk mungkin termasuk membuat pasar panik," cicitnya di Twitter.

Virus yang diyakini berasal dari pasar satwa dilindungi di pusat kota Wuhan, China telah menginfeksi 80 ribu orang dan menewaskan 2.700 jiwa. Dengan kebijakan karantina radikal, China berhasil menurunkan kasus baru tapi penularan di negara lain meningkat pesat. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement