Kamis 27 Feb 2020 20:53 WIB

Mahathir: Parlemen akan Putuskan PM Baru Malaysia 2 Maret

Parlemen Malaysia akan kumpulkan suara kandidat baru untuk Perdana Menteri 2 Maret

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Interim Malaysia, Mahathir Mohamad, berbicara di hadapan media, Kamis (27/2). Parlemen Malaysia akan kumpulkan suara kandidat baru untuk Perdana Menteri pada 2 Maret mendatang.
Foto: AP
Perdana Menteri Interim Malaysia, Mahathir Mohamad, berbicara di hadapan media, Kamis (27/2). Parlemen Malaysia akan kumpulkan suara kandidat baru untuk Perdana Menteri pada 2 Maret mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Perdana Menteri (PM) interim Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan Parlemen Malaysia akan mengumpulkan suara pada kandidat baru untuk Perdana Menteri pada Senin (2/3) mendatang. Jika tidak ada yang dapat memenangkan dukungan mayoritas pada pemungutan suara pekan depan, maka akan ada pemilihan cepat.

Mahathir menuturkan parlemen akan bersidang pada 2 Maret mendatang. Sidang digelar untuk menentukan siapa yang memiliki dukungan yang cukup untuk menjadi Perdana Menteri. "Jika (parlemen) gagal menemukan seseorang dengan suara mayoritas, maka kita harus melakukan pemilihan cepat," ujar Mahathir, Kamis (27/2).

Baca Juga

Mahathir menyebut partai Bersatu kemungkinan akan mencalonkan Muhyiddin Yasin, yang kini menjabat menteri dalam negeri Malaysia, sebagai kandidat perdana menteri. Tiga partai dari mantan koalisinya yang berkuasa, Pakatan Harapan, mencalonkan nama Anwar Ibrahim.

Hingga kini, Mahathir setuju untuk bertindak sebagai Perdana Menteri interim setelah mengundurkan diri awal pekan ini. Hal tersebut terjadi di tengah menuver politik antara koalisinya sendiri dan juga oposisinya.

Pengunduran diri pemimpin Malaysia berusia 92 tahun ini meretakkan koalisi dengan Anwar Ibrahim, rivalnya pada 2018. Dalam komentar awal setelah pengunduran dirinya, Mahathir mengatakan akan membentuk pemerintahan persatuan dan bersedia kembali ke tampuk kekuasaannya.

Mahathir sebelumnya menentang pembentukan "pemerintahan pintu belakang". Mantan partai yang berkuasa, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) juga menolak gagasan pemerintah persatuan tetapi mengatakan menginginkan pemilihan baru. UMNO pernah memerintah Malaysia selama enam dekade hingga dikalahkan dalam kembalinya Mahathir pada 2018.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement