Jumat 28 Feb 2020 06:21 WIB

WHO: Negara yang Masih Bebas Kasus Corona tak Boleh Lengah

WHO menyerukan semua negara yang masih bebas corona untuk tidak lengah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19. WHO mengingatkan negara yang masih bebas dari Covid-19 untuk tidak lengah.
Foto: MgIT03
Ilustrasi penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19. WHO mengingatkan negara yang masih bebas dari Covid-19 untuk tidak lengah.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Negara yang masih terbebas dari penyebaran virus corona tipe baru, Covid-19, tidak boleh lengah. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengingatkan, semua negara harus berupaya ekstra untuk mencegah penyebaran dan tak boleh ada kesalahan fatal dengan berasumsi bahwa wabah tidak akan berdampak atau muncul di negaranya.

"Apakah kita salah atau benar, ada di tangan kita. Setiap negara harus siap untuk kasus pertamanya, kelompok pertamanya, bukti pertama transmisi komunitas, dan untuk menangani transmisi komunitas berkelanjutan. Ini adalah empat skenario," kata Tedros pada Kamis (27/2), dikutip laman UN News.

Baca Juga

Tedros menyerukan semua negara harus siap menghadapi dan menangani keempat skenario tadi. Segala kemungkinan tetap harus diantisipasi oleh negara yang masih bebas dari kasus Covid-19.

"Tidak ada negara yang berasumsi ia tidak akan memperoleh kasus. Itu bisa menjadi kesalahan fatal, secara harfiah. Virus ini tidak menghormati perbatasan," ujarnya.

Tedros mengungkapkan, dalam 24 jam terakhir, terdapat tujuh negara yang melaporkan kasus Covid-19 pertamanya. Mereka adalah Brasil, Georgia, Yunani, Makedonia Utara, Norwegia, Pakistan, dan Rumania.

"Jika Anda bertindak agresif sekarang, Anda dapat menahan virus ini," kata dia.

"Anda dapat mencegah orang sakit, Anda bisa menyelamatkan nyawa. Jadi saran saya untuk negara-negara ini adalah bergerak cepat," ujar Tedros.

Menurut Tedros, saat ini warga China yang terinfeksi Covid-19 mencapai 78.630 orang. Jumlah kematian di negara tersebut telah menembus 2.747 jiwa. Sementara di luar China, tercatat 3.474 kasus dan sedikitnya 54 kematian. Mereka tersebar di 44 negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement