Jumat 28 Feb 2020 12:42 WIB

WHO Ingatkan Seluruh Negara Siap Siaga Hadapi Corona

Dirjen WHO memperingatkan seluruh negara di dunia harus bersiap hadapi Corona

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Suasana di sebuah supermarket di Beijing, China, Selasa (25/2). Dirjen WHO memperingatkan seluruh negara di dunia harus bersiap hadapi Corona.
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Suasana di sebuah supermarket di Beijing, China, Selasa (25/2). Dirjen WHO memperingatkan seluruh negara di dunia harus bersiap hadapi Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan seluruh negara di dunia harus bersiap dan siaga dalam menghadapi virus Corona baru COVID-19. Tedros dalam keterangan pada media Kamis (27/2) mengingatkan seluruh negara di dunia untuk mempersiapkan segala hal yang harus dilakukan apabila terjadi kasus pertama COVID-19 di negaranya.

"Tidak boleh ada negara yang beranggapan negaranya tidak akan terjadi kasus. Itu akan menjadi kesalahan yang fatal, secara harfiah," kata Tedros dikutip dari laman resmi WHO, Jumat (28/2).

Baca Juga

Tedros menekankan bahwa virus ini tidak menghormati batas-batas negara, tidak membedakan ras dan etnis, tidak mempedulikan PDB, atau tingkat pembangunan suatu negara. Dia mengingatkan setiap negara bukan hanya fokus agar tidak ada kasus di negaranya. Akan tetapi bagaimana dan apa yang akan dilakukan apabila suatu negara memiliki kasus COVID-19 pertamanya.

"Tapi kita tidak berputus asa. Kita bukannya tidak berdaya. Ada hal-hal yang dapat dilakukan setiap negara dan setiap orang," tegas dia.

Tedros menegaskan setiap negara harus siap untuk mendeteksi kasus secara dini, mengisolasi pasien, melacak riwayat kontak, dan menyediakan perawatan klinis yang berkualitas. Negara juga harus siap mencegah terjadinya wabah di rumah sakit dan mencegah penularan terjadi di masyarakat.

Dirjen WHO ini menerangkan beberapa pertanyaan penting yang harus dipersiapkan oleh setiap negara untuk melawan virus COVID-19. Pertanyaan itu antara lain apakah suatu negara siap jika terjadi kasus pertama, apa yang akan dilakukan jika saat itu tiba, dan apakah memiliki unit isolasi yang siap digunakan.

Selain itu apakah negara memiliki oksigen medis yang cukup, ventilator, dan peralatan vital lainnya serta bagaimana agar mengetahui jika terjadi kasus di daerah lain pada suatu negara. "Ini adalah pertanyaan yang harus siap dijawab oleh setiap Menteri Kesehatan sekarang," ungkapnya.

"Ini adalah pertanyaan yang akan menjadi perbedaan antara satu kasus dan 100 kasus dalam beberapa hari dan pekan mendatang. Jika jawaban untuk semua pertanyaan ini adalah tidak, negara Anda memiliki celah yang akan dieksploitasi oleh virus ini," tegas Tedros.

Bahkan negara-negara maju pun bisa saja terkejut akan keganasan yang bisa dilakukan oleh virus ini jika tidak siap dalam menghadapinya. Dia menegaskan bahwa epidemi yang terjadi di Korea Selatan, Italia, dan Iran menunjukkan kemampuan sebenarnya virus ini.

Tedros mengatakan WHO selalu menginformasikan virus COVID-19 berpotensi untuk menjadi pandemi. Pihaknya telah menyediakan alat untuk membantu setiap negara mempersiapkannya.

WHO telah mengirimkan alat uji laboratorium untuk 57 negara dan peralatan pelindung diri ke 85 negara yang membutuhkannya. WHO juga telah melatih 80 ribu petugas kesehatan melalui kursus dalam jaringan (daring) dalam berbagai bahasa. "WHO siap mendukung setiap negara untuk mengembangkan rencana nasionalnya," kata Tedros.

Menurutnya virus COVID-19 ini sangat mungkin untuk dikendalikan. Informasi terbaru dari China menyebutkan bahwa virus ini tidak bisa menyebar secara langsung dalam komunitas masyarakat yang luas.

Di Guangdong, kata Tedros, para ilmuwan menguji lebih dari 320 ribu sampel dari masyarakat dan hanya 0,14 persen yang positif COVID-19. Dia juga mencontohkan negara yang terjadi kasus namun belum melaporkan kasus lagi selama lebih dari dua pekan yaitu Belgia, Kamboja, India, Nepal, Filipina, Rusia, Sri Lanka, dan Vietnam.

Menurut dia, virus COVID-19 bisa dikendalikan di negara tersebut karena masing-masing negara melakukan langkah-langkah awal yang agresif untuk mencegah penularan sebelum virus itu dapat berkembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement