REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Kelompok kampanye lingkungan mendesak Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menggunakan kebijakan cepat untuk mengurangi emisi karbon. Sehingga, Inggris dapat memimpin dengan contoh terdepan ketika menjadi tuan rumah KTT iklim di Glasgow pada November mendatang.
Meskipun Inggris adalah negara G7 pertama yang mengadopsi target mengikat secara hukum untuk mengurangi emisi CO2 menjadi nol pada 2050, para aktivis mengatakan komitmen tersebut harus disertasi keseriusan pemerintah.
"Inggris juga harus memiliki rumah sendiri," tulis surat kepada Johnson dari 60 kelompok yang bekerja pada lingkungan dan pembangunan internasional, termasuk Oxfam, Greenpeace, ShareAction, dan World Wildlife Fund.
"Bulan mendatang harus melihat secepatnya dari kebijakan dan investasi dekarbonisasi kami untuk memaksimalkan pengurangan emisi, sehingga kami mencapai nol emisi sesegera mungkin," kata surat yang ditandatangani oleh perwakilan Climate Coalition and Bond.
Para juru kampanye menetapkan prioritas dalam "Rencana Aksi Glasgow" mencakup Inggris yang meluncurkan rencana dekarbonisasi yang lebih ambisius dan terperinci menjelang KTT. Selain itu, mereka mendesak Johnson menghentikan pembiayaan proyek bahan bakar fosil di luar negeri, dan memimpin upaya internasional untuk meningkatkan bantuan bagi negara-negara yang dilanda bencana iklim.
Surat itu juga mengatakan, Inggris harus meningkatkan dukungan "solusi berbasis alam". Hal itu berarti memanfaatkan proses di tanah, hutan, padang rumput, lahan gambut, hutan bakau atau ekosistem lain untuk menyerap dan menyimpan sejumlah besar karbon.
Jelang persiapan KTT November mendatang, Johnson memecat mantan menteri energi Claire O'Neill sebagai presiden KTT. Hal itu mendorong O'Neil untuk menulis surat berisi kritikan pedas yang mengatakan janji tindakan pemerintahn yang hampir tidak terpenuhi.
Bumi saat ini mengalami kenaikan suhu yang dapat membuat banyak daerah padat penduduk saat ini tidak dapat dihuni. Oleh karenanya, KTT dipandang penting untuk menopang Perjanjian Paris 2015 tentang perubahan iklim.
Inggris sebagai tuan rumah seharusnya memimpin dalam membujuk negara-negara berpolusi besar mengumumkan target yang lebih ambisius untuk mengurangi emisi menjelang pertemuan. Untuk bagiannya, Inggris dapat menunjukkan kemajuan dalam mengurangi emisi dari sektor kekuatan dengan beralih ke energi terbarukan. Meski Inggris hanya membuat sedikit kemajuan dalam membersihkan pemanasan, transportasi, pertanian, dan industri.
Menteri Bisnis Inggris Alok Sharma mengambil alih sebagai presiden KTT. Pada pekan lalu ia menyerukan negara-negara untuk meningkatkan momentum menuju ekonomi tanpa karbon di Glasgow dengan melakukan kebijakan untuk pengurangan lebih lanjut yang signifikan dalam emisi CO2 pada 2030.