Senin 02 Mar 2020 15:02 WIB

Pemilu Ketiga Israel Dibayangi Berita Palsu Corona

Israel untuk ketiga kalinya mengadakan pemilu dalam waktu kurang dari satu tahun

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Warga Israel memberikan suaranya dalam pemilu di Tel Aviv, Israel. Pemilu ketiga Israel dibayangi berita palsu corona. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Sebastian Scheiner
Warga Israel memberikan suaranya dalam pemilu di Tel Aviv, Israel. Pemilu ketiga Israel dibayangi berita palsu corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Israel untuk ketiga kalinya mengadakan pemilihan umum (pemilu) dalam waktu kurang dari satu tahun, Senin (2/3) waktu setempat. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali mengupayakan adanya pemilu ketiga yang sepertinya semakin terdesak.

Pemilu kali ini pun berbayang-bayang terinfeksinya 10 warga Israel oleh virus corona baru atau Covid-19. Pada pemilu Senin (2/3), polisi dan otoritas medis bersiaga dengan laporan adanya kabar bohong yang menyeruak dalam pemilu di wilayah tempat pemungutan suara yang sehingga memengaruhi para lawan politik.

Baca Juga

Otoritas kepolisian mengatakan pihaknya tengah membentuk satuan tugas khusus untuk menangani situasi tersebut. "Menyusul persiapan di Israel untuk menangani virus corona, pada hari pemilu polisi Israel juga membantu Departemen Kesehatan, komisi pemilihan, dan badan-badan terkait lainnya yang menangani masalah ini guna mencegah segala upaya untuk merusak pemilihan," kata pernyataan resmi polisi dilansir Times of Israel, Senin (2/3).

Polisi menyatakan sebuah meja di tempat pemungutan suara telah didirikan dalam upaya memantau pemilihan dan memberikan tanggapan terhadap kemungkinan persebaran berita palsu yang bertujuan menyebabkan kepanikan dan kekacauan dalam pemilu ketiga ini. "Pasukan besar petugas berseragam dan berpelindung akan ditempatkan di dan sekitar TPS untuk mengidentifikasi kegiatan ilegal yang dirancang untuk merusak pemilu," kata polisi.

Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Israel Moshe Bar Siman-Tov menegaskan kepada warga Israel bahwa tidak perlu ragu untuk pergi ke tempat pemungutan suara dan memilih dalam pemilihan nasional Senin. Apalagi jika terhalang oleh virus korona yang mematikan.

"Situasinya terkendali. Setiap orang yang terinfeksi virus korona baru, kami tahu keberadaannya, dan di mana mereka terinfeksi dan ini penting, aman untuk memilih. Jangan ragu memilih," ujar Moshe Bar Siman-Tov dalam sebuah pernyataan video.

Bar Siman-Tov mengatakan terdapat setidaknya 16 tempat pemungutan suara (TPS) khusus di seluruh negeri. TPS khusus itu didirikan untuk 5.630 orang yang berada di bawah karantina rumah setelah kembali dari perjalanan ke luar negeri dan ada instruksi khusus untuk orang-orang itu.

"Untuk semua orang, saya katakan, pilihlah, semuanya aman dan Anda tidak perlu khawatir," katanya.

Layanan penyelamatan Magen David Adom juga mengatakan akan mengerahkan lebih dari 100 orang untuk membantu di tempat pemungutan suara bagi orang-orang yang dikarantina. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Kesehatan Israel menyatakan bahwa masyarakat umum tidak perlu mengambil tindakan pencegahan khusus ketika memberikan suara, meskipun ia mendesak para pemilih dan staf di TPS untuk menjaga kebersihan yang layak.

"Tempat (pemungutan suara) di Israel aman untuk didatangi dan memilih," kata kementerian itu.

Pada Ahad sehari sebelum pemilihan, Partai Blue and White menuduh Partai Likud, pimpinan Netanyahu menyebarkan berita palsu tentang virus corona untuk menekan jumlah pemilih pada hari pemilu di antara para pendukung aliansi sentrisnya.

Namun, itu tak mengganggu propoganda Likud mengampanyekan pesan bahwa memang ada virus corona yang menjangkiti warga di Givatayim. "Apakah Anda bertanya pada diri sendiri mengapa sebenarnya Givatayim? Karena itu adalah benteng suara Blue and White," cicit Pemimpin Partainya, Benny Gantz, melalui Twitter resminya.

"Inilah yang ingin dilakukan Netanyahu besok. Dia bermaksud mengganggu hari pemilihan, menyebarkan berita palsu di setiap area yang diidentifikasi dengan (mendulang suara) dari Blue and White," cicit Gantz menambahkan.

Gantz merujuk pada laporan berita bahwa bagian dari sebuah mal di pinggiran Tel Aviv ditutup karena kecurigaan bahwa seorang pengunjung mal terinfeksi virus. Dalam pemilihan sebelumnya pada September 50,32 persen suara di Givatayim bertumpu pada partai Gantz. Sementara 17,32 persen ke Likud.

Menanggapi tuduhan tersebut, partai Likud mengatakan bahwa perkataan Gantz adalah omong kosong dan belakang belaka. "Vaksin untuk virus corona baru akan ditemukan sebelum (Gantz) menemukan cara untuk membentuk pemerintahan tanpa [Daftar Bersama MK] Ahmad Tibi," cicid akun resmi Twitter dari Partai Likud menulis.

Sementara itu dengan energi yang tampaknya tak terbatas, Netanyahu yang berusia 70 tahun, kembali berkampanye. Ia menampilkan dirinya sebagai negarawan dunia yang secara unit memenuhi syarat untuk memimpin negara itu lepas dari begitu banyak tantangan rumit yang ada.

 

Netanyahu mengklaim bahwa survei internal partainya menujukkan dirinya sangat dekat dengan mayoritas Knesset yang memungkinkan pembentukan pemerintahan sayap kanan. "Data kami dari tiga jam yang lalu menunjukkan bahwa kami berada di 59,7 kursi. Kami sangat dekat dengan kemenangan," kata Netanyahu kepada para pendukung di Tel Aviv, merujuk pada bloknya dari partai-partai sayap kanan dan agama.

Setelah dua pemilu yang tidak meyakinkan tahun lalu, survei memperkirakan kebuntuan lain akan terjadi. Suatu skenario yang mengganggu bagi Netanyahu yang akan diadili terkait tuduhan korupsi, hanya dua pekan setelah pemungutan suara Senin (2/3).

Selain itu, Gantz juga dituduh melakukan suap atas perusahaan dulu tempat ia memimpin. Pemilu Senin dinilai sebagai referendum lain bagi Netanyahu, perdana menteri yang paling lama menjabat di Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement