REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Musim dingin di Swiss tercatat kian 'menghangat' selama tiga dekade terakhir. Kantor Federal Meteorologi dan Klimatologi MeteoSwiss melaporkan komparasi tren cuaca tersebut selama rentang 30 tahun silam beserta jangka waktu sebelumnya.
Pada pencatatan temperatur periode 1864 sampai 1990, rata-rata suhu musim dingin di Swiss selalu berada di bawah nol derajat Celsius. Sementara, suhu rata-rata nasional dari Desember hingga Februari periode sesudahnya adalah 0,7 derajat Celsius.
Musim dingin dengan suhu rata-rata nasional di atas nol derajat Celsius diamati terjadi empat kali sejak 1864. Tahun 2019 adalah rekor 'terhangat' kelima. Musim panas di tahun yang sama juga mencatat rekor paling hangat ketiga sejak 1864.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa musim dingin yang lebih ringan di Swiss terjadi pada interval yang kian singkat. MeteoSwiss juga menyoroti Februari sebagai bulan dengan cuaca dingin paling ringan kedua. Suhu rata-rata nasional 2019 sebesar 1,6 derajat Celsius.
Sementara, suhu rata-rata di bulan Februari antara 1981 dan 2010 adalah minus 2,3 derajat Celsius. Cuaca yang bergejolak di seantero negeri terjadi pada bulan ini, ditandai dengan kecamuk badai sepanjang 23 hari di sejumlah daerah.
Pada paruh pertama bulan itu, tiga badai musim dingin melanda Swiss. Badai terkuat Ciara (Sabine) membawa embusan angin berkecepatan 90 hingga 120 km per jam di dataran tinggi. Di pegunungan Alpen, kecepatan angin mencapai 200 km per jam.
Menurut Meteoswiss, suhu rata-rata yang lebih hangat berpengaruh pada kondisi flora setelah musim dingin berakhir. Waktu berbunga sejumlah spesies tanaman di musim semi terjadi lebih awal, rata-rata 25 hari lebih dulu, dikutip dari laman Swiss Info.