Selasa 03 Mar 2020 02:31 WIB

Netanyahu Sesumbar akan Lebih Jauh Caplok Tepi Barat

Netanyahu menjadikan pencaplokan Tepi Barat sebagai bagian dari misi kampanyenya.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesumbar akan mencaplok lebih banyak lagi bagian dari Tepi Barat jika kembali terpilih sebagai perdana menteri.
Foto: Amir Cohen/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sesumbar akan mencaplok lebih banyak lagi bagian dari Tepi Barat jika kembali terpilih sebagai perdana menteri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjanjikan mencaplok lebih banyak bagian Tepi Barat jika terpilih lagi menduduki jabatannya. Sesumbar itu disampaikan untuk mengamankan suara dalam pemilihan umum.

Dilansir laman Menafn, pada Senin (2/3), perdana menteri terlama Israel itu menjanjikan ambisinya itu dalam sebuah wawancara dengan radio Israel pada Ahad (1/3) waktu setempat. Dia menekankan bahwa pencaplokan Lembah Jordan penting secara strategis dan bagian lain dari Tepi Barat telah menjadi prioritas utamanya di antara empat misinya.

Baca Juga

“Itu akan terjadi dalam beberapa pekan (setelah terpilih lagi), paling lama dua bulan, saya harap,” kata Netanyahu.

Jajak pendapat akhir menunjukkan persaingan ketat antara partai sayap kanan Likud yang dipimpin Netanyahu dan partai sentris Biru dan Putih yang dipimpin mantan kepala militer Benny Gantz. Perdana menteri itu dituding melakukan kecurangan pada menit-menit terakhir untuk memperkuat basis sayap kanannya.

Akan tetapi, Netanyahu gagal mendapatkan suara yang cukup, di dua pemilihan parlemen sebelumnya untuk memenangkan kursi yang cukup dalam 120 anggota Knesset dan membentuk pemerintahan mayoritas. Netanyahu juga gagal membentuk pemerintahan koalisi.

Netanyahu secara khusus berani mencaplok lebih banyak tanah Palestina karena adanya dukungan Presiden AS Donald Trump pada Januari. Kelompok-kelompok Palestina dengan suara bulat menolak rencana sepihak Trump yang sebagian besar memenuhi tuntutan Israel dalam konflik puluhan tahun dengan Palestina.

Kesepakatan itu dinilai menempatkan negara Palestina dengan kontrol terbatas atas keamanan dan perbatasannya sendiri. Yang disebut “rencana perdamaian” malah mengabadikan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel yang tidak terbagi dan memungkinkan rezim untuk mencaplok permukiman di Tepi Barat yang diduduki, serta Lembah Yordan.

Rencana itu juga menyangkal hak pengembalian pengungsi Palestina ke Tanah Airnya. Rencana Trump telah memicu gelombang demonstrasi di kedua wilayah pendudukan Palestina dan di seluruh dunia.

"Komite pemetaan bersama AS-Israel mulai bekerja sepekan yang lalu," kataNetanyahu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement