REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia tuduh Turki tidak memenuhi kewajiban mereka yang sudah ditetapkan dalam perjanjian mengenai zona demiliterisasi di provinsi Idlib, Suriah. Moskow mengatakan Ankara justru membantu pemberontak di negara itu.
Pada Rabu (4/3), kantor berita Rusia RIA mengutip juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia yang mengatakan benteng 'teroris' semakin kuat dengan keberadaan Turki di Idlib. Hasilnya setiap hari pangkalan udara Rusia, di Hmeimim diserang.
Juru bicara tersebut juga mengatakan jumlah pasukan Turki sama dengan jumlah mekanik. Menurut Rusia, hal itu melanggar hukum internasional.
Juru bicara militer Turki belum menanggapi permintaan komentar. Tuduhan Rusia tersebut disampaikan pada malam pertemuan antara Presiden Turki Tayyip Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.
Pertemuan tersebut diharapkan dapat mengurangi ketegangan di Idlib. Jika ketegangan terus meningkat maka kemungkinan militer Turki dan Rusia berkonfrontasi secara langsung semakin tinggi.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Turki mengatakan dua orang pasukan mereka tewas dan enam lainnya luka-luka dalam serangan pasukan pemerintah Suriah di barat laut Idlib. Rusia mendukung pasukan pemerintah Suriah.
Dalam pernyataannya Kementerian Pertahanan Turki mengatakan setelah pasukan Suriah melepaskan tembakan. Pasukan Turki membalasnya dan terus melancarkan serangan ke arah sasaran.
Insiden yang terjadi pada Selasa (3/3) itu menewaskan 59 orang. Turki mulai menggelar operasi militer di Idlib bulan lalu.