REPUBLIKA.CO.ID, KASTANIES -- Polisi dan pasukan anti-huru hara Yunani melepaskan gas air mata kepada ratusan migran ketika mereka berupaya melintasi perbatasan dari Turki ke Yunani. Gumpalan asap hitam mengepul di perbatasan Kastani dan sebuah mobil pemadam kebakaran melaju untuk memadamkan api.
Seorang saksi mata Reuters melihat tabung gas air mata dilemparkan dari sisi perbatasan Turki ke arah polisi Yunani melalui kawat berduri. Rekaman video menunjukkan beberapa migran membawa seorang lelaki yang terluka dari perbatasan. Sementara, kendaraan militer Yunani yang dilengkapi dengan pengeras suara memberikan informasi kepada migran dalam bahasa Arab dan beberapa bahasa lain bahwa perbatasan telah ditutup.
"Polisi Yunani dan unit perbatasan menembaki para migran di wilayah antara Gerbang Perbatasan Kastanies dan Gerbang Perbatasan Pazarkule menggunakan gas air mata dan peluru karet serta logam," kata kantor gubernur provinsi perbatasan Edirne Turki, dilansir Anadolu Agency.
Enam pria terluka oleh peluru logam. Mereka dibawa ke Trakya University Medical School Hospital dengan ambulans. Kantor gubernur provinsi perbatasan Edirne Turki menyatakan, pasukan Yunani menembakkan peluru logam tanpa pandang bulu dan mengabaikan hak hidup para migran.
Lebih dari 10.000 migran telah berusaha untuk melewati perbatasan, sejak Turki mengatakan bahwa mereka tidak akan lagi mematuhi kesepakatan dengan Uni Eropa untuk menghentikan aliran migrasi ilegal ke Eropa. Turki telah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah dan tidak dapat membendung gelombang migran lebih lanjut. Turki menyatakan, Uni Eropa tidak memberikan bantuan untuk menangani skala krisis migran.
"Saya meminta negara-negara Uni Eropa, yaitu Yunani, untuk bertindak sejalan dengan Deklarasi Hak Asasi Manusia dan menghormati para migran yang tiba di tanah mereka," kata Presiden Turki, Tayyip Erdogan.
Sejumlah perahu telah tiba di pulau-pulau Yunani dari pantai Turki terdekat dalam sepekan terakhir. Sebuah kapal angkatan laut berlabuh di pelabuhan Lesbos akan menampung 508 migran yang telah tiba sejak 2 Maret.
Salah satu migran, Hussein tiba di Lesbos sekitar empat hari lalu dan tinggal di sebuah kemah di dekat pantai. Hussein mengatakan, dia meninggalkan Afghanistan bersama saudara lelakinya yang berusia 17 tahun sebulan lalu. Mereka menyeberangi Iran dan Turki sebelum mencapai Lesbos.
“Masa depan kita akan menjadi cerah karena saya adalah orang yang berpendidikan, jadi saya tidak membutuhkan banyak bantuan. Saya ingin menyelesaikan pendidikan saya dan kemudian saya bisa mencari pekerjaan," ujar Hussein.
Para pemimpin Uni Eropa menjanjikan bantuan sebesar 700 juta euro untuk Yunani dan mendesak Turki untuk tetap mematuhi perjanjian pada 2016. Uni Eropa khawatir, krisis migran pada 2015-2016 akan terulang. Hal itu terutama ketika lebih dari satu juta migran datang ke Eropa barat melalui Turki dan Balkan.