REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menyatakan Angkatan Bersenjata Turki melakukan operasinya di Idlib barat laut Suriah sesuai dengan hukum internasional, aturan, dan perjanjian yang ditandatangani. Target Operasi Perisai Musim Semi Turki adalah pasukan rezim Suriah di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad.
Turki melancarkan operasi pada Ahad kemarin setelah setidaknya 34 tentara Turki tewas dalam serangan udara rezim Suriah di bawah Assad di Idlib. Idlib, tepat di seberang perbatasan selatan Turki, berada dalam zona de-eskalasi yang diatur dalam kesepakatan antara Turki dan Rusia pada akhir 2018.
Dilansir Anadolu Agency pada Kamis (5/3), Akar menuturkan Turki berharap Rusia sebagai negara penjamin memengaruhi rezim untuk memenuhi komitmennya dan menghentikan serangannya dan mematuhi perjanjian Sochi. Tujuannya adalah untuk memastikan gencatan senjata, mencegah migrasi, mengakhiri drama kemanusiaan di wilayah tersebut, dan memastikan keselamatan dan keamanan pasukan, orang-orang, dan perbatasan.
Langkah-langkah tersebut merupakan bagian sebagai hak sah pertahanan diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB dan gencatan senjata dalam kerangka perjanjian Adana, Astana, dan Sochi. Idlib telah menjadi kubu oposisi dan kelompok bersenjata anti-pemerintah sejak pecahnya perang saudara Suriah pada 2011.
Pada September 2018, Ankara dan Moskow mencapai kesepakatan di Sochi, Rusia. Kesepakatan ini untuk mengubah Idlib menjadi zona de-eskalasi di mana tindakan agresi secara tegas dilarang.
Tetapi lebih dari 1.800 warga sipil telah tewas dalam serangan oleh rezim dan pasukan Rusia sejak saat itu, mencemooh gencatan senjata 2018 dan yang baru yang dimulai pada 12 Januari. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini mengutuk serangan rezim Assad terhadap warga sipil dan pasukan Turki di Idlib.
Dia juga mendesak Rusia, sekutu Assad, untuk hidup sesuai dengan proses perdamaian Astana dan Sochi untuk Suriah. Rusia juga didesak melakukan lebih banyak untuk menghentikan serangan.