REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Keponakan Raja Salman, Mohammed bin Nayef (MBN) ditangkap di rumahnya, Riyadh, Arab Saudi, Jumat (6/3) waktu setempat. Dia dituduh merencanakan penggulingan Raja Salman dan MBS. Penangkapan itu dilakukan oleh pihak berwenang yang berkuasa Putra Mahkota Mohamad bin Salman (MBS).
Namun hingga kini, belum ada komentar langsung dari otoritas Saudi tentang laporan penangkapan yang pertama dirilis oleh The Wall Street Journal dan New York Times. Menurut laporan tersebut, dua keluarga kerajaan yang ditangkap selain MBN, yakni adik Raja Salman, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz al-
Saud, dan saudara laki-laki dari MBN, Pangeran Nawaf bin Nayef.
MBN memang sempat menduduki kursi sepupunya (MBS) sebelum putra mahkota itu menjadi putra mahkota Saudi hingga 2017. MBN menjadi tokoh kuat sebagai kepala upaya kontra terorisme Saudi.
Sementara, MBS menuai pujian barat dengan reformasi sosialnya. Di dalam negeri, ia menuai kritik karena tindakan keras.
Cara kerja MBS memicu konflik di antara keluarga kerajaan yang meragukan kemampuan memimpin Saudi. Apalagi terlihat dengan caranya dalam menanggapi kasus pembunuhan terhadap seorang jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.
Penahanan tiga anggota kerajaan Saudi berlangsung ketika MBS melaksanakan reformasi sosial dan ekonomi yang sangat ambisius, termasuk penawaran saham ke publik perdana oleh raksasa minyak Saudi, Aramco di lantai bursa pada Desember lalu. Selain itu, MBS juga menuai pujian karena telah melonggarkan pembatasan sosial dan membuka ekonomi. Namun, dia mendapatkan kecaman internasional atas perang yang menghancurkan Yaman, pembunuhan Jamal Khasshoggi, dan penahanan aktivis hak-hak perempuan.