REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengklaim bahwa tak ada pelanggaran gencatan senjata di Idlib, Suriah, yang merupakan bagian dari kesepakatan dengan Rusia, demikian dinyatakan Kementerian Pertahanan pada Sabtu (7/3).
"Kami akan terus menjadi pasukan penghadang untuk mencegah pelanggaran gencatan senjata. Tak ada yang terjadi sejak gencatan senjata diberlakukan," kata Akar.
Gencatan senjata disepakati di Moskow seusai pembicaraan untuk mengatasi konflik di Suriah, yang dalam tiga bulan telah menelantarkan hampir jutaan orang. Turki akan menggunakan hak membela diri jika terjadi serangan yang menargetkan pasukan atau markas mereka di kawasan tersebut, Akar menambahkan.
Kesepakatan itu menyerukan patroli gabungan antara pasukan Turki dan Rusia di sekitar Jalan M4 di kawasan Idlib mulai 5 Maret. Turki mulai menjalankan prosedur dan prinsip-prinsip koridor keselamatan di sekitar jalan tersebut, menurut Akar. Ia menambahkan bahwa delegasi militer Rusia akan mengunjungi Ankara pekan depan guna membahas langkah yang akan ditempuh oleh kedua pihak.
Rusia dan Turki mendukung pihak yang berlawanan dalam konflik sembilan tahun Suriah. Dalam konflik itu, Moskow mendukung Presiden Bashar al-Assad, sementara Turki berpihak pada kelompok gerilyawan. Beberapa kesepakatan sebelumnya, yang bertujuan mengakhiri pertempuran di Idlib, Suriah, kandas.