REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menyoroti masih sulitnya akses pelayanan kesehatan mendasar bagi perempuan di dunia menjelang Hari Perempuan Internasional. Tedros dalam situs resmi WHO, Jumat (6/3), mengatakan mengakui Hari Wanita Internasional yang jatuh pada Ahad (8/3), dan menggunakan momen tersebut untuk mengingatkan bahwa di seluruh dunia, banyak wanita tidak dapat mengakses layanan kesehatan mendasar dan terus menderita dari penyakit yang seharusnya dapat dicegah dan diobati.
Namun, menurut dia, Hari Perempuan Internasional merupakan kesempatan untuk tidak hanya mempromosikan dan melindungi kesehatan perempuan, tetapi juga menyoroti peran vital mereka mempromosikan dan melindungi kesehatan semua orang. Secara global, 70 persen tenaga kesehatan adalah perempuantetapi hanya 25 persen di antara mereka mampu berperan hingga level manajemen.
“Kami cukup bangga kami telah mencapai kesetaraan gender dalam tim kepemimpinan senior kami di kantor pusat WHO, meskipun kami tahu masih ada yang harus kami lakukan di bagian lain organisasi,” ujar Tedros.
“Perempuan juga memainkanperan vital dalam merespons wabah COVID-19, dan kami bangga memiliki banyak perempuan luar biasa yang memimpin respons kami di WHO, termasuk Maria, Sylvie, Soumya, Ana Maria, Mariângela, Marie Pierre, Adriana, Gabby, Nyka dan banyak lagi,” kata Tedros memperkenalkan jajaran perempuan dalam organisasi kesehatan tersebut.
Dunia akan memperingati Hari Perempuan Internasional pada Minggu (8/3). Kali ini PBB mengangkat tema “Saya Generasi Kesetaraan: Menyadari Hak Perempuan”.
Kampanye generasi kesetaraan membawa bersama orang dari setiap gender, usia, etnis, ras, agama dan negara untuk mendorong aksi yang akan menciptakan kesetaraan gender dunia yang semua layak mendapatkannya. Tujuan kampanye tersebut untuk memobilisasi mengakhiri kekerasan berbasis gender, keadilan ekonomi dan hak untuk semuanya, otonomi tubuh, kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, serta tindakan feminis untuk keadilan iklim. Selain itu, menginginkan teknologi dan inovasi untuk kesetaraan gender dan kepemimpinan feminis.