REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) menuduh negara-negara Eropa berpikir tidak logis setelah mengadakan pertemuan tertutup Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Sabtu (7/3). Pertemuan tersebut dilakukan untuk mengutuk peluncuran rudal oleh Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un awal pekan ini.
"Pemikiran yang tidak masuk akal dan kecanggihan dari negara-negara ini secara bertahap memiliki kemiripan yang dekat dengan Amerika Serikat, yang memusuhi kita," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Korut dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita resmi Korut KCNA.
Inggris, Jerman, Prancis, Estonia, dan Belgia mengajukan pembahasan tentang tembakan rudal terbaru Korut ke DK PBB pada Kamis. Negara-negara tersebut menyebut tindakan itu provokatif yang melanggar resolusi PBB.
Atas tuduhan melanggar resolusi PBB, juru bicara pemerintahan Korut mengatakan, sikap tersebut sangat sembrono. Bahkan, dengan terang-terangan Korut menuduh AS telah melakukan hasutan kepada negara-negara itu.
Korut dikabarkan menembakkan dua rudal jarak pendek di lepas pantai timur ke laut pada Senin lalu, setelah tidak menunjukan aktivitas tersebut selama tiga bulan. Peluncuran itu, menurut para pejabat Korut adalah latihan militer rutin, dan secara pribadi diawasi oleh Kim.
Kim Yo-jong yang merupakan saudara perempuan pemimpin Korut dan seorang pejabat senior pemerintah, membela peluncuran itu sebagai latihan militer. Latihan itu diklaim tidak dimaksudkan untuk mengancam siapa pun.