REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sebuah penerbangan khusus Korea Utara (Korut) yang diduga membawa puluhan diplomat dan orang asing tiba di wilayah paling Timur Rusia, Vladivostok, pada Senin (9/3). Negara tersebut telah menutup diri sejak kabar penyebaran virus corona ke luar dari China.
Penumpang yang melakukan penerbangan tersebut menggunakan masker dengan membawa anak-anak. Mereka berbaris di Bandara Internasional Pyongyang sambil petugas kesehatan Korut yang mengenakan jas pelindung putih mengamati mereka karena demam.
Hingga saat ini belum ada pemberitahuan lebih lanjut jumlah dan keadaan orang yang diterbangkan ke Vladivostok. Situs Bandara Internasional Vladivostok menunjukkan Air Koyro Penerbangan 271 tiba pada pukul 10.49 waktu setempat.
Korut mencabut karantina selama sebulan penuh pada diplomat asing yang berbasis di Pyongyang pada 2 Maret. Pencabutan ini memungkinkan mereka meninggalkan negara itu jika diperlukan.
Korut pun belum mau mengonfirmasi tentang penerbangan tersebut. Namun, Duta besar Inggris untuk Pyongyang Colin Crooks menyatakan salam perpisahan untuk rekan-rekannya melalui akun Twitter.
"Sedih mengucapkan perpisahan pagi ini kepada rekan-rekan dari Kedutaan Jerman dan Kantor Prancis #KoreaUtara yang tutup sementara," tulis Crooks. Dia mengatakan kedutaan Inggris akan tetap terbuka.
Kementerian Luar Negeri Prancis pekan lalu mengonfirmasi rencana untuk sementara waktu menutup kantor kerja sama di Pyongyang. "Korea Utara telah mengambil langkah-langkah penahanan yang drastis sejak akhir Januari. Terutama menyangkut kantor perwakilan asing dan secara serius menghambat fungsi Kantor Kerja Sama Prancis di Pyongyang," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Sejak menyebarnya virus corona hingga saat ini, Korut belum secara publik mengonfirmasi satu pun kasus penyakit COVID-19. Namun, media pemerintah melaporkan ribuan orang telah dikarantina sebagai bagian dari langkah-langkah pencegahan yang ketat.
Laporan media pemerintah menyebutkan sekitar 7.000 warga Korea Utara telah dikarantina. Jumlah tersebut terdiri dari 3.000 di provinsi Phyongan Utara yang berbatasan dengan China, 2.420 di provinsi Phyongan Selatan, dan 1.500 lainnya di provinsi Kangwon.
Pemerintah pun melakukan kampanye anti-virus dengan sementara melarang turis asing masuk. Korut pun menutup hampir semua lalu lintas lintas perbatasan dengan China. Negara ini juga mengintensifkan penyaringan di titik masuk dan memobilisasi petugas kesehatan untuk memantau penduduk dan mengisolasi mereka yang memiliki gejala.
Banyak ahli mengatakan Korea Utara sangat rentan terhadap penyakit menular karena kekurangan pasokan medis yang kronis. Terlebih lagi negara itu memiliki infrastruktur perawatan kesehatan yang sudah ketinggalan zaman.