Senin 09 Mar 2020 15:21 WIB

Kematian Tertinggi Setelah Cina, Italia Karantina 16 Juta Warganya

Angka kematian akibat virus corona di Italia melonjak tiga kali lipat dan menjadikannya sebagai negara dengan kematian tertinggi akibat COVID-19 setelah Cina. Italia kini mengkarantina 16 juta warganya hingga 3 April.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/Xinhua/D. Mascolo
picture-alliance/dpa/Xinhua/D. Mascolo

Angka kematian akibat virus corona di Italia melonjak tiga kali lipat dan menjadikannya sebagai negara dengan kematian tertinggi akibat COVID-19 setelah Cina. Italia mengkarantina seperempat warganya atau sekitar 16 juta orang di Italia utara hingga 3 April mendatang.

Pada Minggu (08/03) pemerintah Italia mengonfirmasi jumlah kematian akibat virus corona (COVID-19) naik hampir tiga kali lipat dari 133 menjadi 366. Sementara orang yang terinfeksi COVID-19 naik dari 1.492 menjadi 7.375. Angka ini menjadikan Italia melampaui Korea Selatan yang sebelumnya menjadi negara dengan kematian tertinggi akibat COVID-19 setelah Cina.

Satu hari sebelumnya, pada Sabtu (07/03) warga di Italia utara dibuat kebingungan setelah surat kabar paling terkemuka di negara itu menerbitkan rancangan surat keputusan pemerintah tentang karantina. Rancangan ini bocor ke media dan dipublikasikan sebelum pemerintah mengeluarkan pernyataan resmi.

Surat keputusan resmi yang dirilis beberapa jam setelahnya langsung mendapat kritik dari warga karena dinilai tidak jelas. Sehingga membuat banyak orang tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dan tidak bisa meninggalkan area yang akan dikarantina.

Surat kabar harian paling bergengsi di Italia, Corriere della Sera melaporkan pada Sabtu (07/03) malam bahwa pemerintah akan menghentikan siapa pun yang hendak meninggalkan atau memasuki daerah-daerah tertentu di Italia utara, termasuk wilayah Lombardia serta provinsi-provinsi Venesia, Modena, Padua, dan Treviso.

Berbondong-bondong ke stasiun

Sesaat setelah rancangan keputusan tersebut dimuat oleh banyak outlet berita utama di Italia, banyak orang langsung berbondong-bondong pergi ke stasiun kereta api di Italia utara untuk meninggalkan daerah tersebut. Mereka takut itu adalah kesempatan terakhir untuk meninggalkan kota sebelum keputusan karantina itu dicabut pada 3 April mendatang.

Situasi itu juga memunculkan kekhawatiran orang-orang yang terinfeksi di Italia utara, yakni daerah paling parah terdampak COVID-19, akan membawa virus ke seluruh negara.

Dilarang berpergian ke Italia selatan

''Turun di stasiun kereta api pertama. Jangan naik pesawat ke Bari dan Brindisi,'' ujar Michele Emiliano, gubernur wilayah selatan Puglia kepada orang-orang di Italia utara.

''Putar balik arah mobil Anda, turunlah dari bus (antarkota) di perhentian berikutnya.''

Pemerintah akhirnya menerbitkan dan menerapkan surat keputusan karantina pada Minggu (08/03). Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mengatakan turis asing di daerah karantina akan diizinkan untuk pergi. Untuk saat ini, pembatasan perjalanan hanya dapat dikesampingkan jika terjadi "kebutuhan luar biasa."

Italia juga telah membatalkan acara budaya besar di seluruh negeri dan menutup tempat-tempat yang sering dikunjungi wisatawan sepreti Museum Vatikan dan Gereja Sistine.

Pemerintah juga mengumumkan bahwa semua acara olahraga akan dilanjutkan tanpa kehadiran penonton, setidaknya selama satu bulan.

Pembatasan juga berpengaruh terhadap acara pernikahan, pemakaman, serta tempat-tempat hiburan seperti museum, teater, bioskop, bar, kolam renang, resor ski dan pusat kebugaran.

Semua sekolah dan universitas tetap tutup. Sementara banyak pusat perbelanjaan akan mengurangi jam kerja karyawannya, kecuali supermarket dan apotek.

Kemudian, restoran harus tutup jam 6 sore dan memastikan pelanggannya untuk duduk setidaknya satu meter dari kelompok pelanggan lain.

Polisi dan tentara berjaga di pos-pos pemeriksaan di titik yang mengarah keluar dari area karantina.

Keputusan ini kemungkinan akan berpengaruh terhadap ekonomi pariwisata Italia yang mengandalkan industri makanan dan budaya.

pkp/rap

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement