Selasa 10 Mar 2020 19:55 WIB

Pesan di Balik Penangkapan Para Pangeran Saudi

Belum ada media Saudi yang menerbitkan laporan tetang penangkapan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.(Saudi Royal Court/Bandar Algaloud)
Foto: Saudi Royal Court/Bandar Algaloud
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Raja Salman.(Saudi Royal Court/Bandar Algaloud)

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penangkapan beberapa anggota senior Kerajaan Arab Saudi akhir pekan lalu masih belum sepenuhnya diketahui alasannya. Belum ada media Saudi yang menerbitkan laporan tentang peristiwa itu. Kementerian Media Saudi juga belum memberikan komentar.

Namun, beberapa sumber yang memiliki koneksi dengan Kerajaan Saudi menyebut bahwa penangkapan itu merupakan cara Putra Mahkota Pengeran Mohammed bin Salman (MBS) mengirim pesan kepada para pengkritiknya di keluarga kerajaan. Dia hendak memperingatkan agar jangan ada satu pun yang berani menjegalnya menuju tampuk kekuasaan. 

 

Menurut sumber-sumber tersebut, tokoh utama yang diincar dalam penangkapan adalah adik Raja Saudi Salman bin Abdulaziz, yakni Pangeran Ahmed bin Abdulaziz. Dia merupakan satu dari tiga anggota Dewan Kesetiaan, sebuah badan kerajaan yang mendukung garis suksesi. Pada 2017, Pangeran Ahmed menentang Pangeran MBS menjadi putra mahkota. 

 

Pangeran Ahmed ditahan pada Jumat pekan lalu. Dia ditangkap bersama anaknya Pangeran Mohammed bin Nayef dan Pangeran Nawaf. Pengeran Nayef sebenarnya lebih dulu didaulat menjadi putra mahkota. Namun, dia disingkirkan pada 2017 dan digantikan oleh Pangeran MBS.

 

"Ini adalah persiapan untuk pemindahan kekuasaan. Ini adalah pesan yang jelas kepada keluarga bahwa tidak ada yang bisa mengatakan 'tidak' atau berani menantangnya (Pangeran MBS)," kata salah seorang sumber. 

 

Para pangeran dilaporkan ditahan di vila-vila kerajaan di ibu kota Riyadh. Menurut beberapa sumber, mereka telah diizinkan menghubungi keluarganya. 

 

Menurut dua orang sumber dengan koneksi kerajaan dan seorang diplomat asing senior, Pangeran MBS memiliki kekhawatiran para pangeran yang tidak puas terhadapnya akan berkumpul di sekitar Pangeran Ahmed serta Pangeran Nayef sebagai alternatif potensial untuk naik takhta. Saat informasi tentang penangkapan menyebar, sumber-sumber awal menyebut bahwa para pangeran dituding merencanakan kudeta guna menggagalkan suksesi Pangeran MBS. 

 

Namun, beberapa sumber kemudian mengungkapkan bahwa para pengeran ditangkap sebagai respons terhadap akumulasi perilaku yang salah dan menentang Pangeran MBS. Para pangeran juga diminta berhenti melayangkan kritik terhadap MBS. 

 

Pangeran Ahmed telah mengajukan pertanyaan tentang sikap Pangeran MBS terkait beberapa masalah. Salah satunya adalah rencana perdamaian yang telah diluncurkan Amerika Serikat (AS) untuk konflik Israel-Palestina. 

 

Pada Jumat pekan lalu, Menteri Dalam Negeri Saudi Abdulazis bin Saud dan penasihat Saud al-Nayef turut ditangkap. Namun mereka dibebaskan pada Ahad (8/3) setelah menjalani interogasi. Sejumlah bangsawan lain yang belum teridentifikasi tetap ditahan. 

 

Ditangkapnya sejumlah anggota senior Kerajaan Saudi sempat memunculkan spekulasi bahwa kondisi Raja Salman memburuk. Oleh sebab itu, Pangeran MBS membuka dan mengamankan jalan untuk menggantikannya. 

 

Namun, spekulasi itu kandas setelah Raja Salman dilaporkan menerima beberapa diplomat Saudi pada Ahad lalu. Para simpatisan Raja Salman mengatakan dia tak berniat meninggalkan takhta kekuasaan sebelum perhelatan KTT G20 yang dijadwalkan digelar di Riyadh pada November mendatang. 

 

Jika Pangeran MBS menggantikan Raja Salman, itu akan menjadi pemindahan kekuasaan generasi pertama di Arab Saudi sejak kematian Abdulaziz Ibn Saud pada 1953. Sebab enam putranya telah memerintah secara berturut-turut. 

 

Dewan Kesetiaan, yang terdiri dari satu anggota dari masing-masing 34 putra Abdulazis, dirancang untuk memastikan bahwa ratusan pangeran yang membentuk generasi kerajaan berikutnya bersatu di belakang raja baru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement