REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Palestina mengecam rencana Israel membangun jalan yang akan memotong wilayah Tepi Barat yang diduduki. Pembangunan itu dinilai akan melenyapkan berdirinya negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
"Ini akan menutup pintu sekali dan selamanya untuk pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan pada Senin (9/3), dikutip laman Aljazirah.
Menurut Palestina jalan yang hendak dibangun Israel akan mengisolasi kota-kota Palestina di sekitar Yerusalem. Sebab, di sisi lain Israel juga sedang memajukan proyek pembangunan permukiman di wilayah E1.
Palestina menyerukan komunitas internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa, segera mengambil tindakan untuk menghentikan tindakan pelanggaran Israel terhadap wilayah Palestina. "Langkah ini memberikan pukulan telak bagi semua upaya internasional yang bertujuan meluncurkan proses perdamaian dan negosiasi serius yang mengarah pada implementasi solusi dua negara," kata Kementerian Luar Negeri Palestina.
Organisasi pemantau anti-permukiman Israel, Peace Now, juga mengecam rencana Israel membangun jalan di Tepi Barat. "Jalan yang direncanakan akan memungkinkan Israel memotong Tepi Barat menjadi dua, membangun (permukiman) E1 dan penghalang Tepi Barat, serta menutup kemungkinan mengembangkan negara Palestina yang layak," katanya.
Senin lalu, Menteri Pertahanan Israel Naftali Bennett mengesahkan apa yang dia sebut sebagai "jalan kedaulatan". Jalan tersebut memungkinkan Israel untuk terus meluncurkan proyek pembangunan di daerah kontroversial antara Yerusalem dan sebuah blok permukiman langsung di sebelah timur kota yang dipersengketakan itu.
Jalan yang hendak dibangun nantinya memungkinkan kendaraan warga Palestina melewati wilayah permukiman ilegal Ma'ale Adumim di sepanjang dinding. Kemudian memasuki terowongan yang menghubungkan desa-desa Palestina di utara dan selatan Yerusalem.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menghidupkan kembali rencana pembangunan 3.500 rumah di Maale Adumim di Tepi Barat. Proyek permukiman di daerah itu ditunda pada 2012 karena adanya keberatan serta kritik dari dunia internasional, termasuk Amerika Serikat (AS).
Wilayah Maale Adumim dikenal dengan istilah E1. Ia terletak di sebelah timur Yerusalem. Israel memandang daerah tersebut penting untuk menjaga Yerusalem yang bersatu.
Rencana E-1 akan memperluas permukiman besar Yahudi di Maale Adumim, yang secara efektif menghubungkannya ke Yerusalem, hanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit berkendara. Netanyahu juga telah mengumumkan rencana pembangunan 3.000 rumah untuk penduduk Yahudi di Givat Hamatos. Sebanyak 2.200 rumah akan turut dibangun di Har Homa.