REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Setidaknya 470 pasien dan staf kesehatan di Suriah tewas dalam serangan terhadap fasilitas kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, dalam kurun waktu empat tahun terakhir ada 494 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Suriah.
"Data yang sekarang dapat kami ungkapkan tentang serangan terhadap kesehatan di Suriah adalah bukti suram terhadap tidak adanya penghormatan terhadap hukum humaniter internasional, dan kehidupan warga sipil dan pekerja kesehatan," kata Direktur Darurat Regional WHO di Mediterania Timur, Richard Brennan, dilansir Anadolu Agency.
WHO mengatakan konflik Suriah yang berlangsung selama bertahun-tahun, telah menjadi salah satu contoh terburuk dari kekerasan yang mempengaruhi perawatan kesehatan. Para kelompok bersenjata sengaja menyerang fasilitas kesehatan, bahkan memberikan akses terbatas kepada warga sipil untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Hal itu dilarang di bawah hukum kemanusiaan internasional.
Serangan di wilayah sipil juga dapat mengakibatkan kerusakan kepada perawatan kesehatan. Hal ini mencerminkan ketidakpedulian terhadap kehidupan dan kesejahteraan.
"Apa yang meresahkan, adalah bahwa kita telah sampai pada titik di mana serangan terhadap kesehatan yakni sesuatu yang tidak boleh ditoleransi oleh komunitas internasional, sekarang dianggap biasa," kata Brennan.
Brennan mengatakan, dua pekan lalu terjadi serangan terhadap dua rumah sakit di Idlib yang melukai empat petugas kesehatan. Akibatnya rumah sakit tersebut menangguhkan layanan kesehatan untuk sementara. WHO melaporkan, Dari 494 serangan yang terjadi antara 2016 dan 2019,asebanyak 68 persen atau 337 serangan berada di barat laut Suriah.
"Data menunjukkan bahwa serangan terhadap fasilitas kesehatan di Suriah memuncak pada 2016 dan terendah pada 2019, kemungkinan karena berkurangnya ukuran daerah di mana pertempuran aktif terjadi," ukar Brennan.
WHO mengatakan, fakta bahwa wilayah barat laut Suriah seperti Idlib, Aleppo, dan Hama telah mengalami kerusakan cukup besar dibandingkan daerah lainnya. Pada 2019, sebanyak 82 persen serangan terjadi di wilayah barat laut. Pada 2018 serangan di wilayah yang sama sebesar 49 persen, 2017 sebanyak 58 persen, dan 2016 ada 85 persen.
Advertisement