REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Warga Singapura berbondong-bondong untuk membeli bahan kebutuhan pokok setelah Malaysia mengumumkan menutup wilayah perbatasan, sebagai upaya mencegah penyebaran wabah virus corona jenis baru atau Covid-19. Warga Singapura khawatir, penutupan perbatasan tersebut akan menganggu pasokan bahan kebutuhan pokok.
"Siapa yang tahu berapa lama shutdown ini akan berlangsung?" kata seorang pensiunan berusia 70 tahun yang sedang mengisi troli supermarketnya dengan mie instan.
Antrean panjang terlihat di sejumlah toko di Singapura pada Selasa (17/3) pagi. Antrean ini mengningatkan kepada kepanikan sebulan lalu, ketika Singapura menaikkan tingkat waspada terhadap virus corona.
Jaringan supermarket Fairprice mulai menerapkan batasan pembelian untuk barang-barang penting seperti kertas toilet, mie, beras dan telur. Seorang pembeli mengatakan kepada Reuters bahwa harga sayuran telah melonjak dan stok daging habis.
Menteri Perdagangan dan Industri Singapura, Chan Chun Sing memastikan bahwa stok bahan kebutuhan pokok mencukupi. Chan mengatakan, Singapura memiliki cadangan protein dan sayuran untuk dua bulan ke depan. Sementara, stok mi instan dan beras masih aman hingga tiga bulan ke depan.
"Kami memiliki rencana untuk mengelola kontigensi ini dengan membangun kapasitas produksi domestik kami, dan diversifikasi sumber pasokan ke banyak negara. Meskipun kami harus melakukan beberapa penyesuaian, kami memiliki persediaan makanan yang cukup untuk semua warga Singapura," ujar Chan.
Seorang penjual ayam potong, Win Hong mengatakan, dia akan memperpanjang jam buka karena jumlah permintaan yang cukup tinggi. Sementara, seorang penjual ikan, Anwar yang setiap hari pulang pergi dari Malaysia ke Singapura mengatakan, penjualannya telah naik sebesar 70 persen. Namun, dia tidak yakin apakah masih bisa berjualan pada hari Rabu esok.
Malaysia dan Singapura memiliki hubungan ekonomi yang cukup erat. Setiap hari sekitar 300 ribu orang melintasi perbatasan antar kedua negara untuk bekerja. Beberapa perusahaan sedang menyusun rencana agar beberapa staf Malaysia dapat tinggal di Singapura selama penutupan berlangsung.
"Saya kira beberapa akan tinggal di Singapura selama dua minggu sementara beberapa seperti saya mungkin tidak. Saya melihat orang pergi dengan koper-koper pagi ini," kata Zuwainah Hashim, seorang insinyur Malaysia di perusahaan semikonduktor, yang pulang pergi ke Singapura setiap hari.