Kamis 19 Mar 2020 13:03 WIB

Pertama Kali, Tidak Ada Pasien Covid-19 Baru di Wuhan

Banyak kasus baru terdapat di Beijing karena penularan dari luar negeri

Pasien terjangkit virus corona di Wuhan(AP)
Foto: AP
Pasien terjangkit virus corona di Wuhan(AP)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING--Otoritas di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China melaporkan tidak ada pasien baru COVID-19.  Laporan ini adalah pertama kalinya sejak wilayah itu menjadi pusat penyebaran virus pada akhir tahun lalu, tetapi jumlah kasus penularan dari luar negeri meningkat drastis.

Banyaknya kasus baru, berasal dari penularan luar negeri (imported case), yang banyak ditemukan di ibu kota China, Beijing, membuat otoritas setempat memperketat pemeriksaan ke para pendatang di sejumlah titik masuk.

Komisi Kesehatan Nasional China, Rabu (18/3) melaporkan 34 kasus baru penularan COVID-19, naik dua kali lipat dari 13 kasus pada hari sebelumnya. Dari 34 pasien itu, 21 di antaranya ditemukan di Beijing. Jumlah itu jadi angka tertinggi yang pernah dilaporkan Beijing dalam satu hari.

Alhasil, total pasien COVID-19 di China daratan sebanyak 80.928 jiwa, demikian keterangan dari otoritas kesehatan setempat dalam pernyataan tertulis, Kamis (19/3). Jumlah pasien meninggal dunia mencapai 3.245 jiwa per Rabu, atau naik sebanyak delapan orang dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Otoritas di Provinsi Hubei juga melaporkan delapan kasus kematian baru, sementara di Kota Wuhan ada enam kasus kematian baru. Wuhan tidak lagi melaporkan kasus baru penularan virus, El Salvador dan Nikaragua baru melaporkan kasus pertama pasien positif COVID-19.

Presiden El Salvador, Nayib Bukele, dalam pengumuman yang disiarkan televisi, Rabu, mengumumkan, pasien pertama itu memiliki riwayat perjalanan ke Italia. Di Nikaragua, pemerintah setempat melaporkan kasus pertama penularan COVID-19 yang ditemukan pada seorang pria berusia 40 tahun. Presiden Nikaragua, Rosario Murilo, dalam pengumuman yang disiarkan televisi nasional, Rabu, mengatakan pasien itu memiliki riwayat perjalanan ke Panama.

 

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement