REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Aktivitas pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat melonjak pada tahun 2019. Hal ini disampaikan organisasi kemanusiaan Peace Now. Dalam laporannya, organisasi itu juga menyebutkan cepatnya aktivitas Israel terjadi setelah pemerintahan Donald Trump membuka jalan bagi mereka.
Peace Now merupakan organisasi pengawas yang menentang permukiman Israel. Mereka mengatakan sejak Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS) pada 2017 lalu, rata-rata kecepatan pembangunan permukiman Israel naik 25 persen setiap tahunnya. Jumlah permukiman mungkin akan semakin meningkat setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyetujui rencana pembangunan ribuan rumah tahun lalu.
Kebijakan itu menjadi fondasi dasar pembangunan permukiman beberapa tahun mendatang. Termasuk meledaknya rencana proyek permukiman baru yang disetujui awal tahun ini.
"Pendapat saya, mereka mencoba mengambil kesempatan selama pemerintahan Trump, menyadari mungkin akan berubah dalam beberapa bulan ke depan, tidak ada pemerintah AS yang memberikan dukungan seperti ini sebelumnya," kata peneliti Peace Now, Hagit Ofran, seperti dilansir Voice of Amerika pada Kamis (19/3).
Sebagian besar negara di dunia menilai Tepi Barat sebagai wilayah yang diduduki Israel dalam perang 1967. Karena itu daerah pendudukan, maka permukiman Israel di sana ilegal.
Trump meninggalkan posisi pemerintah AS sebelumnya baik dari Partai Demokrat maupun Republik. Ia lebih longgar terhadap permukiman Israel. Dikelilingi penasihat yang memiliki hubungan dengan gerakan permukiman, pada tahun lalu pemerintah Trump mengumumkan tidak lagi menilai permukiman itu ilegal berdasarkan hukum internasional.
Pada Januari ia mengungkapkan rencana Timur Tengah yang berisi tentang Tepi Barat termasuk tentang permukiman di bawah kendali Israel. Rencana itu juga mengungkapkan masa depan Palestina sebagai negara merdeka.
Kini hampir 500 ribu permukiman Israel yang tinggal di Tepi Barat dan lebih 220 ribu di Yerusalem Timur. Palestina mengatakan kesempatan mereka untuk membuat dua wilayah itu merdeka semakin kecil. Mereka menolak rencana Timur Tengah yang diajukan Trump akan menghilangkan harapan merdeka.
Peace Now mengatakan mulai tahun lalu Israel mulai melakukan pembangunan 1.917 rumah baru di Tepi Barat. Jumlahnya sedikit menurun dibandingkan tahun 2018 yang sebanyak 2.100 rumah. Tapi secara keseluruhan, per tahun rata-rata Israel membangun 2.267 rumah sejak Trump berkuasa.
Jumlah jauh meningkatkan dibandingkan saat Barack Obama masih menjadi presiden yakni 1.807 unit per tahun. Pembangunan meluas ke seluruh penjuru Tepi Barat termasuk permukiman-permukiman kecil di dalam wilayah Palestina.
Peace Now memperkirakan jika satu rumah diisi empat orang, maka setiap tahunnya Israel membangun rumah untuk 9.000 orang. Berdasarkan undang-undang Israel sebelum pembangunan dilakukan, rencana pembangunan permukiman harus melalui beberapa tahap birokratik.
Menurut Peace Now, tahun lalu Israel mengajukan rencana untuk membangun lebih dari 8.475 rumah sehingga berpotensi menambah jumlah rumah yang dibangun. Pada tahun lalu mereka membangun 5.618 unit dan 6.742 unit pada 2017.
Jumlah tersebut jauh lebih banyak dibandingkan masa pemerintahan Obama. Di dua tahun terakhir masa jabatan Obama, Israel yang membangun 4.611 rumah baru.
Peace Now mengumpulkan data mereka melalui sumber-sumber pemerintah Israel dan foto dari udara. Kelompok permukiman Israel menggunakan perhitungan yang berbeda juga melaporkan cepatnya pertumbuhan populasi di permukiman Israel selama Trump berkuasa.
Wali kota wilayah pemukiman Efrat, Oded Revivi, mengatakan 'bukan rahasia lagi' pemerintahan Trump lebih toleran terhadap pembangunan di permukiman Israel. Ia mengatakan berapa banyak unit jalur pipa yang dibangun akan tergantung siapa yang akan memerintah Israel dan memenangkan pemilihan presiden AS pada November mendatang.
"Jika pemainnya masih sama, Netanyahu dan Trump, saya prediksi angka yang Anda lihat pada tahun 2020 atau lebih akurat lagi 2021 sebenarnya lebih tinggi dibandingkan 2019," kata Revivi.