Jumat 20 Mar 2020 01:10 WIB

Italia Kesulitan Memakamkan Jasad Pasien Covid-19

Kesulitan Pemakaman itu karena jasad pasien Covid-19 terlalu banyak.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Andi Nur Aminah
Pengunjung berjalan di St Mark
Foto: Anteo Marinoni/LaPresse via AP
Pengunjung berjalan di St Mark

REPUBLIKA.CO.ID, ITALIA -- Kasus kematian akibat Covid-19 di Italia sudah mencapai 2.978 kasus per Rabu (18/3). Jumlah kematian yang besar ini membuat jalannya prosesi pemakaman untuk jenazah-jenazah pasien Covid-19 di negara tersebut mengalami hambatan.

Provinsi Bergamo di Italia misalnya, tercatat ada sebanyak 1.640 warga dari provinsi tersebut yang meninggal akibat Covid-19. CFB sebagai pengelola pemakaman terbesar di area tersebut menyatakan adanya lonjakan prosesi pemakaman atau kremasi sejak 1 Maret. Saat ini, CFB bisa menangani sekitar hampir 600 pemakaman atau kremasi dalam satu bulan.

Baca Juga

"Di bulan yang normal, kami melakukan sekitar 120. Satu generasi telah meninggal hanya dalam waktu dua minggu. Kami tak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, dan ini membuat Anda menangis," ujar direktur CFB Antonio Riccardi, seperti dilansir The Guardian.

Ada sekitar 80 perusahaan pengelola pemakaman di Bergamo. Dalam satu jam, tiap perusahaan ini bisa menerima lusinan telepon. Beragam kendala juga dirasakan oleh tiap perusahaan dalam mempersiapkan pemakaman atau proses kremasi bagi jasad pasien Covid-19.

Beberapa di antaranya adalah kurangnya persediaan peti mati dan adanya petugas-petugas pemakaman yang sakit akibat tertular penyakit dari jasad pasien Covid-19 yang mereka tangani. Beragam rumah sakit di Italia juga menerapkan aturan yag ketat terkait penanganan jasad pasien Covid-19. Jasad pasien harus langsung dimasukkan ke dalam peti mati tanpa bisa didandani atau dirias terlebih dahulu.

"Ini merupakan masalah besar dalam tingkat psikologis. Selain itu juga, banyak pegawai kami yang sakit. Kami tidak memiliki banyak orang untuk membawa dan mempersiapkan jasad (pasien Covid-19)," jelas Ricciardi.

Selain itu, keluarga juga tidak diperkenankan melihat jasad pasien Covid-19 untuk terakhir kalinya. Keluarga juga tidak bisa menjalankan prosesi pemakaman normal. Larangan-larangan ini diterapkan untuk meminimalisasi risiko penularan dari kontak terhadap jasad pasien Covid-19.

"Biasanya Anda bisa mendandani (jasad) dan (jasad) mereka bisa disemayamkan satu malam di rumah keluarga. Ini tak lagi bisa dilakukan," ungkap seorang warga bernama Alessandro yang baru kehilangan pamannya akibat Covid-19.

Alessandro mengungkapkan bahwa tak bisa mendandani jasad pamannya memang menyedihkan. Namun hal yang lebih menyedihkan baginya adalah tak bisa melihat dan mengucapkan selamat tinggal untuk kali terakhir kepada sang paman. "Itu merupakan bagian yang paling menghancurkan perasaan," jelas Alessandro.

Proses birkokrasi untuk menangani warga yang meninggal di rumah pun membutuhkan waktu lebih panjang. Warga yang ditemukan meninggal dunia di rumah harus disertifikasi oleh dua orang dokter. Salah satu di antaranya adalah dokter spesialis. "Jadi Anda harus menunggu kedua dokter untuk datang, dan saat ini banyak dokter yang juga sakit," lanjut Ricciardi.

Satu kejadian menyedihkan dialami oleh seorang laki-laki tua berusia 88 tahun yang ditemukan meinggal di rumahnya. Laki-laki tersebut mengalami demam selama beberapa hari namun tak bisa menjangkau layanan kesehatan karena seluruh ambulans sibuk.

Laki-laki tersebut akhirnya meninggal sendirian di dalam kamar. Ambulans baru datang satu jam setelahnya sehingga tak ada yang bisa dilakukan. Terlebih, tak ada persediaan peti mati di Bergamo yang bisa digunakan untuk mengurus jasad laki-laki tersebut.

"Mereka meninggalkannya di atas kasur dan menyegel kamarnya agar keluarga tidak masuk ke kamar tersebut sampai mereka mendapatkan peti mati yang bisa digunakan," jelas warga bernama Stella.

Di wilayah Italia lainnya, beberapa perusahaan pemakaman terpaksa untuk menolak jenazah-jenazah pasien Covid-19 karena keterbatasan. Di Naples contohnya, jasad Teresa Franzese terpaksa disemayamkan di rumah selama dua hari sebelum akhirnya diambil untuk dimakamkan.

Selama masa //lockdown// di Italia, seluruh upacara pemakaman keagamaan, upacara pernikahan hingga kegiatan lain yang menyebabkan perkumpulan dilarang untuk diselenggarakan. Dua orang pendeta di Venice dan wilayah selatan Campania dihukum karena kedapatan memimpin upacara pemakaman di wilayah masing-masing. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement