REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Beberapa negara Asia menghadapi gelombang kedua virus corona Covid-19. Hal itu didorong oleh orang-orang yang mengimpornya dari luar negeri.
Pada Kamis (19/3), Malaysia melaporkan 110 kasus baru Covid-19. Dengan penambahan tersebut, kini Negeri Jiran menangani 900 pasien positif virus corona.
Menurut Kementerian Kesehatan Malaysia, sebagian besar kasus Covid-19 yang baru teridentifikasi, terkait dengan acara tablig akbar yang dihelat di sebuah masjid di dekat Kuala Lumpur pada 27 Februari hingga 1 Maret lalu. Sebanyak 16 ribu orang dari berbagai negara menghadiri kegiatan tersebut.
Sejak Rabu (18/3), Malaysia telah memberlakukan lockdown atau karantina wilayah secara nasional. Hal itu dilakukan guna menekan jumlah infeksi Covid-19.
"Kami memiliki peluang tipis untuk memutus rantai infeksi Covid-19. Kegagalan bukanlah pilihan di sini. Jika tidak, kita mungkin menghadapi gelombang ketiga dari virus ini, yang akan lebih besar dari tsunami, jika kita mempertahankan sikap 'memang kenapa'," kata Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah melalui akun Facebook pribadinya, dikutip laman BBC.
Korea Selatan (Korsel) mencatat 152 kasus baru Covid-19 pada Kamis. Menurut data pemerintah, sebanyak 55 orang, 47 di antaranya warga Korsel, dikonfirmasi positif mengidap Covid-19 setelah memasuki negara tersebut.
Menurut laman kantor berita Korsel, Yonhap, orang asing yang teridentifikasi positif Covid-19 setelah proses imigrasi termasuk enam warga China, satu warga Prancis, dan Polandia. Pejabat pemerintah mencemaskan lonjakan kasus Covid-19 lebih lanjut.
Hal itu karena masih banyak warga dan mahasiswa Korsel di luar negeri yang ingin pulang. Mereka merasa lebih aman jika berada di negaranya sendiri. Hingga berita ini ditulis Korsel memiliki 8.565 kasus Covid-19.
Singapura melaporkan 47 kasus baru Covid-19 dan 33 di antaranya diimpor dari luar negeri. Dari 33 kasus impor, sebanyak 30 orang merupakan warga Singapura. Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lawrence Wong mengatakan negaranya harus menyiapkan mental untuk melihat lonjakan kasus dalam beberapa hari mendatang.
Hal itu karena masih banyak warga Singapura, termasuk pelajar dan pekerja, di luar negeri yang ingin pulang. Pemerintah Singapura menerapkan peraturan kepada semua warganya yang kembali dari luar negeri untuk melakukan isolasi diri selama 14 hari.
Ia pun memberlakukan pembatasan perjalanan. "Kami tidak bisa mengambil risiko lebih lanjut jika jumlah kasus impor terus meningkat. Itulah sebabnya kami menerapkan kontrol perbatasan tambahan dan pembatasan perjalanan hari ini," kata Lawrence Wong.
Hingga berita ini ditulis, Singapura setidaknya memiliki 313 kasus Covid-19. Situasi berbeda terjadi di pusat wabah Covid-19 di Wuhan, China. Pada Kamis, tak ada kasus baru Covid-19 yang dilaporkan di kota tersebut.
Ini pertama kali terjadi sejak wabah Covid-19 mulai muncul di Wuhan pada Desember 2019. "Hari ini kita telah melihat fajar setelah sekian hari berupaya keras," ujar inspektur senior di Komisi Kesehatan Nasional China, Jiao Yahui.
Kendati tak ada kasus baru, isolasi Wuhan tetap berlanjut. Hanya mereka yang memiliki izin khusus diperkenankan masuk dan keluar dari kota tersebut. China melaporkan delapan kematian baru. Korban jiwa akibat Covid-19 di Negeri Tirai Bambu mencapai sedikitnya 3.245 orang.
Wabah Covid-19 telah menyebar ke 176 negara. Secara global, masih terdapat setidaknya 225.724 kasus yang saat ini masih ditangani. Virus telah menyebabkan lebih dari 9.200 orang meninggal.