REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris pada Kamis bersiap-siap menghentikan pergerakan di London saat stasiun-stasiun kereta bawah tanah di seluruh ibu kota tersebut ditutup. Selain itu, Perdana Menteri Boris Johnson telah mempertimbangkan untuk mengambil langkah lebih keras untuk menangani krisis virus corona.
Otoritas transportasi London mengatakan, hingga 40 stasiun kereta bawah tanah akan ditutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Otoritas juga bersiap-siap mengurangi berbagai layanan transportasi lainnya, seperti bus dan kereta bawah tanah, termasuk seluruh jalur Waterloo & City.
"Masyarakat jangan bepergian, dengan sarana apa pun, kecuali sangat terpaksa," kata Wali Kota London Sadiq Khan.
Setelah memerintahkan penutupan sekolah-sekolah, Johnson pada Rabu (18/3) mengatakan, pemerintah tidak menutup kemungkinan, ketika ditanya apakah ia akan memberlakukan lockdown terhadap London. Johnson telah meminta pemerintah untuk mempersiapkan rencana-rencana terkait kemungkinan penerapan lockdown.
Jika aturan itu diberlakukan, tempat-tempat kegiatan bisnis akan ditutup, layanan transportasi umum dikurangi, pertemuan orang dibatasi dan kontrol yang lebih ketat diterapkan pada masyarakat London, salah satu kota terkaya di Eropa. Dalam konferensi pers, Johnson ditanya apakah karantina wilayah perlu diberlakukan di London, kota yang ramai dengan bar, tempat bisnis dan transportasi.
"Selalu kami katakan bahwa kami akan menjalankan langkah-langkah yang tepat pada saat yang tepat," kata Johnson.
Istana Buckingham pada Kamis mengumumkan bahwa Ratu Elizabeth sudah menyetujui penundaan rencana kunjungan kenegaraan Kaisar Jepang Naruhito pada Juni. Inggris sejauh ini melaporkan 104 kematian akibat virus corona dan 2.626 orang mengidap Covid-19.