Senin 23 Mar 2020 20:50 WIB

Menjadwal Ulang Olimpiade tidak Semudah Sepak Bola

Tuntutan terhadap penundaan Olimpiade Tokyo 2020 kian meningkat.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Aktris Yunani Xanthi Georgiou (kiri) memerankan sosok pendeta tertinggi memegang obor saat upacara penyalaan api Olimpiade di situs Olympia kuno, tempat pertama lahirnya pertandingan Olimpiade di Yunani Selatan, Kamis (12/3). Virus corona menyebabkan acara ini berlangsung tanpa penonton.
Foto: AP
Aktris Yunani Xanthi Georgiou (kiri) memerankan sosok pendeta tertinggi memegang obor saat upacara penyalaan api Olimpiade di situs Olympia kuno, tempat pertama lahirnya pertandingan Olimpiade di Yunani Selatan, Kamis (12/3). Virus corona menyebabkan acara ini berlangsung tanpa penonton.

REPUBLIKA.CO.ID, LAUSANNE -- Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach, menyatakan, penjadwalan ulang gelaran Olimipiade tidak akan semudah menggeser jadwal pertandingan sepak bola pada akhir pekan. Ada kompleksitas tersendiri yang mesti dijawab IOC saat harus menjadwal ulang penyelenggaraan Olimpiade.

''Pemindahan jadwal penyelenggaraan Olimipiade tidak semudah itu. Penjadwalan ulang Olimpiade tidak seperti memindahkan jadwal pertandingan sepak bola akhir pekan. Itu memerlukan proses yang panjang dan kompleks. Kami harus melakukannya dengan dasar pengambilan keputusan yang matang,'' kata Bach kepada media asal Jerman, SWR, seperti dikutip Sky Sports, Senin (23/3).

Tuntutan terhadap penundaan Olimpiade Tokyo 2020 kian meningkat dalam beberapa hari terakhir. Sejumlah negara asosiasi, atlet, dan tim, meminta IOC menunda penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 usai merebaknya virus COVID-19. Rencananya, Olimpiade Tokyo 2020 dibuka pada 24 Juli mendatang dan ditutup pada 9 Agustus mendatang.

Meski mulai membuka peluang untuk menunda waktu pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, tapi Bach menegaskan, IOC tidak pernah mempertimbangkan untuk membatalkan Olimpiade Tokyo 2020. Bach beralasan, pembatalan Olimpiade Tokyo 2020 akan menghancurkan mimpi ribuan atlet untuk bisa tampil di pesta olahraga terbesar sejagat tersebut.

Pembatalan Olimpiade Tokyo 2020, kata Bach, akan menjadi langkah yang paling tidak adil buat para atlet. ''Pembatalan akan menjadi langkah paling tidak adil. Pembatalan olimipade akan menghancurkan mimpi dari 11 ribu atlet dari 206 negara peserta,'' kata presiden kesembilan dalam sejarah IOC tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement