Rabu 25 Mar 2020 13:10 WIB

Menlu AS Tuding China Tutupi Informasi Penanganan Corona

China disebut menahan informasi yang dibutuhkan dunia untuk mencegah corona berlanjut

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Menlu AS Mike Pompeo
Foto: AP
Menlu AS Mike Pompeo

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mempertajam kritikannya terhadap bagaimana China mengatasi wabah virus corona. Ia mengatakan Partai Komunis masih menahan informasi yang dunia butuhkan untuk mencegah kasus selanjutnya.

Saat diwawancarai program radio Washington Watch, Pompeo mengulang tuduhannya terhadap Beijing. Ia mengatahan China menahan informasi tentang virus yang telah membahayakan masyarakat dunia dan 'ribuan nyawa'.

Baca Juga

"Keprihatinan saya ini ditutupi, Partai Komunis China terlibat dalam disinformasi, masih menahan informasi yang dibutuhkan dunia untuk mencegah kasus selanjutnya atau sesuatu seperti ini tidak terulang lagi," kata Pompeo, Rabu (25/3).

Sementara itu, hingga saat ini Kongres AS masih membahas paket stimulus ekonomi sebesar 2 triliun dolar AS yang digunakan untuk memperkecil dampak ekonomi virus corona. Tapi Partai Demokrat dan Republik masih terpecah dan pemungutan suara undang-undang paket tersebut belum  digelar.

"Jika kata-kata itu secara ajaib datang bersamaan, kami dapat menggelar pemungutan suara pada sore ini, tapi tebakan saya mungkin sekitar besok pagi," kata Senator dari Partai Demokrat Patrick Leahy, pada Selasa (24/3) kemarin.

Usulan 2 triliun dolar antara lain; 500 juta dolar untuk membantu industri yang paling terdampak dan bantuan tunai hingga 3.000 dolar ke jutaan keluarga AS. Dalam paket tersebut juga dianggarkan 350 miliar dolar untuk pinjaman usaha kecil, 250 miliar dolar bantuan pengangguran dan 75 miliar dolar untuk rumah sakit.

Paket ini bertujuan untuk meringankan beban ekonomi pandemi yang telah menginfeksi 50.000 orang dan menewaskan lebih dari 660 orang di Amerika. Pandemi itu dikhawatirkan dapat membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement