Jumat 27 Mar 2020 01:40 WIB

Pengungsi Rohingya di Cox's Bazar Rentan Terinfeksi Covid-19

Kondisi penampungan pengungsi Rohingya yang buruk jadi tempat tumbuhnya penyakit

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Pegungsi Rohingya menjual sayuran di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh. Para ahli dan aktivis telah memperingatkan bahwa para pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh rentan terinfeksi virus corona. Ilustrasi.
Foto: Altaf Qadri/AP
Pegungsi Rohingya menjual sayuran di kamp pengungsi Kutupalong, Bangladesh. Para ahli dan aktivis telah memperingatkan bahwa para pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh rentan terinfeksi virus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Para ahli dan aktivis telah memperingatkan bahwa para pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh rentan terinfeksi virus corona jenis baru atau Covid-19. Kondisi kamp-kamp penampungan yang buruk merupakan tempat tumbuhnya berbagai macam penyakit.

Kamp pengungsi Kutapalong merupakan yang terbesar dan menampung 600 ribu pengungsi Rohingya. Di kamp tersebut, mereka tinggal berdesakan. Setiap gubuk dengan luas 10 meter diisi oleh 12 orang sehingga penuh sesak. Selain itu, sejumlah pengungsi Rohingya keluar dari kamp pengungsian untuk mencari makanan dan bahan bakar setiap hari.

Baca Juga

"Skala tantangannya sangat besar. Populasi yang rentan seperti pengungsi Rohingya kemungkinan akan terpengaruh oleh Covid-19," ujar Kepala Doctors Without Borders (MSF), Paul Brockman, dilansir Aljazirah, Kamis (26/3).

Pemimpin komunitas Rohingya, Mohammed Jubayer, mengaku khawatir apabila ada warga Rohingya yang terinfeksi Covid-19. Kekhawatiran semakin meningkat sejak satu keluarga Rohingya yang terdiri dari empat orang telah dikarantina setelah pulang dari India.

"Kami sangat khawatir. Jika virus sampai di sini, itu akan menyebar seperti api. Banyak bantuan dan pekerja masyarakat setempat memasuki kamp setiap hari. Beberapa orang diaspora Rohingya juga telah kembali dalam beberapa hari terakhir. Mereka mungkin membawa virus," ujar Jubayer.

Salah satu pengungsi, Lokman Hakim, menyaatkan keprihatinan tentang kurangnya tindakan pencegahan Covid-19 di kamp-kamp pengungsian. Dia mengaku telah menerima sabun diminta untuk cuci tangan. "Kami telah menerima sabun dan disuruh cuci tangan, itu saja," ujar Hakim.

Salah satu tokoh Rohingya, Sayed Ullah, mengatakan banyak informasi hoaks tentang Covid-19 yang beredar di kamp-kamp pengungsian. Hal ini disebabkan oleh pemutusan jaringan internet oleh pemerintah Bangladesh.

"Sebagian besar dari kita tidak tahu tentang penyakit ini. Orang-orang hanya mendengar bahwa itu telah membunuh banyak orang. Kami tidak memiliki internet untuk mengetahui apa yang terjadi. Kami hanya mengandalkan rahmat Allah," ujar Ullah.

Kantor komisioner pengungsi Bangladesh menolak memberikan komentar apakah pihak berwenang akan membuka jaringan internet bagi pengungsi Rohingnya. Pihak berwenang telah memutus akses luar ke 34 kamp pengungsian di Cox's Bazar.

"Kami telah meminimalkan kegiatan bantuan di kamp-kamp. Hanya makanan, kesehatan, dan pekerjaan yang berhubungan dengan hukum akan berlanjut," kata Bimol Chakma, seorang pejabat dari kantor komisioner.

Juru bicara PBB di kamp pengungsian Rohingya, Louise Donovan, mengatakan PBB telah meluncurkan kampanye cuci tangan dan menjaga kebersihan kepada para pengungsi di seluruh kamp. Selain itu, Donovan mendesak pemerintah untuk membuka akses internet bagi pengungsi Rohingya sehingga mereka bisa mendapatkan informasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement