REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Spanyol telah mengumumkan perpanjangan lockdown sebagai bagian dari langkah penanganan wabah Covid-19, Kamis (26/3). Sementara itu, pemerintah mengaku masih berjuang memenuhi kebutuhan pasokan alat medis yang terus berkurang.
"Kami berada dalam perang nyata untuk mendapatkan ventilator, masker, dan alat tes cepat," Menteri Anggaran Maria Jesus Montero mengatakan kepada televisi Telecinco, seperti dikutip Reuters.
Dengan jumlah kasus tertinggi keempat di dunia, Spanyol juga didera kekurangan peralatan medis. Dikutip dari Worldometer, Spanyol memiliki 57,786 kasus infeksi dengan 4,365 meninggal dunia.
Kepala darurat kesehatan, Fernando Simon, mengatakan dimulainya pengujian massal akan mengungkapkan lebih banyak kasus positif. Untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan medis, Spanyol telah memesan perlengkapan medis senilai 432 juta euro dari China.
Sumber diplomatik mengatakan kepada Reuters bahwa harga alat tes cepat telah naik 10 kali lipat dalam beberapa kasus. Di samping itu, perusahaan China menuntut pembayaran di muka.
Para pejabat tidak menyebutkan nama para penjual itu, hanya mengatakan mereka biasanya lebih kecil, perusahaan swasta.
Negara ini pun meminta bantuan NATO dan berjanji untuk mendukung pabrik-pabrik menyesuaikan jalur produksi untuk membuat lebih banyak perlengkapan medis di dalam negeri.Sementara itu, Parlemen telah memperpanjang status darurat di Spanyol hingga 12 April, termasuk memberlakukan lockdown untuk membatasi orang keluar dari rumah, kecuali untuk membeli makanan, obat-obatan, dan bekerja. Perdana Menteri Pedro Sanchez mengatakan kepada parlemen bahwa tidak mudah untuk memperpanjang keadaan darurat.
"Saya yakin satu-satunya pilihan efisien terhadap virus adalah isolasi sosial," katanya.