REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres berpendapat 10 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia perlu dialokasikan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 secara menyeluruh. Hal itu mengingat penyakit itu telah menewaskan lebih dari 40.000 jiwa di banyak negara.
"Kita membutuhkan aksi penanggulangan skala besar, terkoordinasi, dan bersifat multilateral yang membutuhkan kurang lebih 10 persen dari PDB dunia," kata Guterres dalam pidatonya di Markas PBB New York, Amerika Serikat, Selasa (31/3), sebagaimana dipantau pada laman resmi PBB, Rabu (4/1).
Menurut dia, aksi itu dapat terwujud apabila ada aksi solidaritas dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang dan berpendapatan rendah. Bagi Guterres, negara-negara maju, lembaga keuangan dunia, termasuk Dana Moneter Internasional, perlu mencari cara agar dana dapat tersalurkan ke negara-negara yang rentan terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Dalam kesempatan itu, ia menyoroti negara-negara di Afrika yang perlu segera mendapat pendampingan dari negara anggota G20. "Saya mendorong agar negara anggota G20 untuk berkoordinasi dengan G20 African Initiative," ujarnya.
Guterres menjelaskan bantuan dari negara-negara maju ke negara berkembang, terutama dalam penguatan sistem layanan kesehatan, merupakan salah satu langkah mengendalikan penyebaran virus di tingkat global.
"Jika langkah itu tidak dilakukan, penyakit ini akan menyebar seperti kebakaran hutan di belahan selatan dunia, mengakibatkan jutaan jiwa tewas dan kemungkinan penyakit itu akan kembali muncul setelah berhasil dikendalikan di tempat tertentu," kata Guterres.
Tidak hanya itu, ia pun mengusulkan agar kapasitas Dana Moneter Internasional (IMF) diperluas, terutama terkait kewenangan khusus menarik dana dan menyalurkannya ke negara-negara yang membutuhkan. Guterres juga meminta bank sentral di berbagai negara maju agar melakukan langkah terkoordinasi sehingga dana dapat tersalurkan ke negara berkembang.
"Keringanan utang juga harus jadi prioritas di antaranya termasuk penundaan pembayaran bunga untuk 2020," kata Guterres.
Menurut Worldometers, laman penyedia data statistik independen, per hari ini (1/4), jumlah pasien positif Covid-19 di dunia mencapai 858.892 jiwa dan 42.158 di antaranya meninggal dunia, sementara pasien sembuh ada 178.100 orang.
Amerika Serikat jadi negara dengan pasien Covid-19 terbanyak yang jumlahnya mencapai 188.578 jiwa. Angka itu disusul oleh Italia 105.792 jiwa, Spanyol 95.932, China 81.518, Jerman 71.808, Prancis 52.128, Iran 44.605, Inggris 25.150, dan Swiss 16.605. Sementara, Turki mencatat 13.531, Belgia 12.775, Belanda 12.595, Austria 10.180, dan Korea Selatan 9.887 pasien.