REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Data jaminan sosial Spanyol mencatat, bahwa hampir 900 ribu pekerja kehilangan pekerjaan sejak 12 Maret 2020 atau sejak pandemi Covid-19 mewabah di negara tersebut. Hilangnya pekerjaan hari demi hari terjadi sejak negara itu melakukan kebijkan lockdown guna mengekang penyebaran virus yang kini sudah mewabah di 200 negara dan wilyaah di dunia.
"Sekitar 898.822 pekerja kehilangan pekerjaan sejak 12 Maret, lebih dari setengahnya adalah pekerja sementara," demikian data dari Jaminan Sosial Spanyol dikutip kantor berita Reuters, Kamis (2/4).
Jumlah orang yang secara resmi terdaftar sebagai pengangguran di negara tersebut naik menjadi 3,5 juta pada Maret 2020. Itu adalah catatan angka pengangguran tertinggi sejak April 2017.
Spanyol termasuk negara Eropa terdampak parah dari pandemi Covid-19. Menurut data yang dilansir dari Wordometers, Spanyol berada pada posisi kedua tingkat kematian tertinggi setelah Italia akibat virus yang muncul pertama kali di Kota Wuhan, China. Spanyol memiliki kasus infeksi sebanyak 104.118 orang, sementara 9.387 orang meninggal, dan 22.647 sembuh dari virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 ini.
Pemerintah Spanyol telah memberlakukan langkah lockdown yang ketat guna memperlambat kurva infeksi dan kematian akibat virus. Di tengah kesedihan, ketika Spanyol memasuki minggu ketiga kebijakan lockdown, polisi dituduh menggunakan kekerasan untuk menegakkan pembatasan ketat, karena ratusan ditangkap atau didenda karena melanggar langkah-langkah tersebut.
Dalam satu klip video yang telah dibagikan secara luas di media sosial, petugas di Negara Basque Spanyol barat laut terlihat menghentikan seorang pria berusia 22 tahun dan bertanya kepadanya tiga kali mengapa ia keluar di jalan bersama ibunya. Di bawah peraturan darurat negara Spanyol, warga hanya bisa pergi sendiri untuk membeli makanan, mencari perawatan medis, untuk keadaan darurat atau untuk bekerja di industri-industri penting.