Sabtu 04 Apr 2020 04:04 WIB

Hubungan Trump dan Pelosi tak Membaik Meski Krisis Corona

Buruknya hubungan Trump dan Pelosi dikhawatirkan melemahkan upaya melawan corona.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Trump mengabaikan ajakan jabatan tangan dari Ketua House of Representative Nancy Pelosi di Capitol Hill, Washington, Rabu (5/2).
Foto: AP
Presiden Trump mengabaikan ajakan jabatan tangan dari Ketua House of Representative Nancy Pelosi di Capitol Hill, Washington, Rabu (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dua orang paling berkuasa di Washington, Presiden AS Donald Trump dan Ketua House of Representative Nancy Pelosi tidak saling berbicara selama lima bulan walaupun kini Amerika Serikat (AS) tengah menghadapi krisis kesehatan publik terburuk selama satu abad terakhir.

Virus corona yang dikenal Covid-19 telah menewaskan 5.000 warga AS dan membuat 10 juta orang kehilangan pekerjaan. Terakhir kali Trump berbicara dengan Pelosi ketika petinggi Partai Demokrat itu menunjuk Trump dengan jarinya dalam perdebatan yang panas di Gedung Putih pada 16 Oktober 2019 lalu. Pelosi keluar dari pertemuan tersebut dan hubungan kedua pemimpin itu semakin memburuk setelah Trump dimakzulkan House satu bulan kemudian.

Baca Juga

Kini buruknya hubungan kedua pemimpin tersebut dikhawatirkan dapat melemahkan kemampuan pemerintah federal dalam mengatasi meningkatnya krisis virus corona. Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (2/4) 6,6 juta warga AS mengajukan bantuan pengangguran, bertambah 3 juta orang dibandingkan pekan sebelumnya.

"Hubungan adalah awal dari segalanya, saling percaya adalah kunci kerja sama," kata John M. Bridgeland yang pernah masuk jajaran pemerintahan George W. Bush dan Barack Obama, Jumat (3/4).

Menurut sekutu Trump dan Pelosi hubungan dua pemimpin itu tidak pernah menghangat dan semakin buruk setelah pemakzulan Trump. Walaupun pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan dan mengancam kesehatan serta pemasukan warga Amerika, hubungan Trump dan Pelosi belum juga mencair.  

Saat Washington mengeluarkan paket stimulus terbesar sepanjang sejarah bulan lalu, Trump dan Pelosi hanya saling berpandangan dari sisi berseberangan di Pennsylvania Avenue. Trump menyerahkan negosiasi paket bantuan ekonomi sebesar 2,2 triliun dolar AS itu kepada orang lain.

Trump dan Pelosi hanya berkomunikasi melalui Twitter, televisi atau perantara. Menteri Keuangan Steven Mnuchin menjadi perantara tertinggi. Ia menegosiasikan tiga undang-undang paket bantuan yang sekarang sudah diloloskan.

Trump tidak mengundang Pelosi atau anggota Partai Demokrat lainnya saat menandatangani paket bantuan itu di Gedung Putih. Angka pengangguran yang sudah mencetak rekor membuat Kongres harus segera mengambil langkah selanjutnya.

Salah satunya mengeluarkan undang-undang pemulihan yang mungkin akan sebesar atau lebih besar daripada paket bantuan. Pelosi dan Mnuchin berbicara melalui sambungan telepon untuk membahas paket stimulus ekonomi. Kepala Staf Gedung Putih yang baru Mark Meadows diharapkan menjadi perantara baru.

Pelosi mengatakan ia sudah berbicara dengan Mnuchin tentang paket bantuan selanjutnya. Ia tidak merasa lemahnya komunikasi dengan Trump akan berdampak serius.

"Komunikasi seperti apa pun yang kami butuhkan untuk bergerak maju, hal itu akan terjadi entah saya berbicara dengan presiden atau tidak, ini tidak biasa, tidak sekedar 'mari berbicara', ini tentang tujuannya, apa yang mendesak, apakah perlu ketua House dan Presiden meluangkan waktu, keduanya orang yang sangat sibuk," kata Pelosi.

Ketua House itu juga mengumumkan formasi komite terpilih krisis virus corona, sebuah panel bipartisan yang diketuai oleh anggota Partai Demokrat Jim Clyburn. Trump mengecam panel tersebut dan menyebutnya 'konyol' serta 'perburuan sia-sia'. Menurutnya panel tersebut hanya meningkatkan dukungan terhadapnya.

"Saya ingin mengingatkan pada semua orang di ibukota negara kami, terutama di Kongres, ini bukan waktunya untuk politik, penyelidikan partisian yang tiada akhir," kata Trump dalam konferensi pers virus corona di Gedung Putih. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement