Sabtu 04 Apr 2020 08:37 WIB

PBB: Kelompok Bersenjata Timteng Abaikan Gencatan Senjata

PBB menyerukan untuk meletakkan senjata selama pandemi corona virus baru.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Endro Yuwanto
Sekjen PBB Antonio Guterres. Kelompok-kelompok bersenjata di Afghanistan, Yaman, Suriah, dan Libya, belum sepenuhnya mematuhi seruan PBB untuk meletakkan senjata selama pandemi corona virus baru.
Foto: AP Photo/Mary Altaffer
Sekjen PBB Antonio Guterres. Kelompok-kelompok bersenjata di Afghanistan, Yaman, Suriah, dan Libya, belum sepenuhnya mematuhi seruan PBB untuk meletakkan senjata selama pandemi corona virus baru.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kelompok-kelompok bersenjata di Afghanistan, Yaman, Suriah, dan Libya, belum sepenuhnya mematuhi seruan PBB untuk meletakkan senjata selama pandemi corona virus baru. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat (3/4) waktu setempat, dilansir Anadolu Agency, Sabtu (4/4).

Guterres mengatakan, seruan gencatan senjata global telah diterima dengan baik di seluruh dunia oleh Paus Francis dan banyak lainnya sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi covid-19 dan kekacauan ekonomi. Tetapi ia mencatat, kekerasan justru masih terjadi di Timur Tengah (Timteng), misalnya di Yaman dan meningkat di Libya.

"Sementara Suriah telah menyaksikan ketegangan yang berkelanjutan, bahkan ketika negara itu telah mencatat beberapa kasus covid-19 lokal yang bisa membuktikan terlalu banyak untuk sistem kesehatan negara yang babak belur," ujar Guterres.

Di Afghanistan, Guterres menyatakan, pertempuran meningkat setelah ada seruan PBB untuk gencatan senjata. Kemudian pemerintah dan Taliban melancarkan pembicaraan yang telah lama ditunggu-tunggu sebagai wujud untuk mengakhiri konflik selama beberapa dekade yang melelahkan di sana.

"Dalam banyak situasi yang paling kritis, kami tidak melihat perlambatan dalam pertempuran dan beberapa konflik bahkan meningkat," kata mantan Perdana Menteri (PM) Portugal itu, sembari mengatakan bahwa pihaknya butuh upaya diplomatik yang kuat untuk memenuhi tantangan ini. "Untuk membungkam senjata, kita harus mengangkat suara untuk perdamaian."

Badan dunia itu telah mengerahkan utusan perdamaian untuk mencoba dan menengahi penyelesaian konflik di negara-negara termasuk Suriah, Yaman, dan Libya. Sembari memberikan bantuan kemanusiaan untuk menghentikan jutaan warga sipil yang binasa karena kelaparan dan penyakit.

Guterres memperingatkan bahwa sistem kesehatan di negara-negara yang dilanda perang telah dihantam oleh pertempuran bertahun-tahun. Ini lantaran sedikitnya tenaga kesehatan profesional yang sering menjadi sasaran serangan udara dan serangan darat.

"Virus ini telah menunjukkan betapa cepat pergerakannya melintasi perbatasan, menghancurkan negara, dan mengacaukan kehidupan. Yang terburuk belum datang. Jadi, kita perlu melakukan segala yang mungkin untuk menemukan kedamaian dan persatuan yang sangat dibutuhkan dunia untuk bertempur melawan covid-19," kata Guterres menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement