REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan memperpanjang imbauan pemerintah yang meminta masyarakat untuk menjaga jarak selama dua pekan. Hal itu menjadi salah satu langkah menahan laju penyebaran virus corona karena jumlah kasus infeksi di metropolitan Seoul terus bertambah.
Dalam rapat anti-virus Perdana Menteri Korsel Chung Sye-kyun mengungkapkan keprihatinannya atas kenaikan jumlah kasus di wilayah yang paling padat di Korsel itu. Kenaikan kasus baru terkait kepulangan warga Korsel dari Eropa dan Amerika Serikat (AS).
Kini Eropa dan AS menjadi episentrum wabah virus corona. Korsel juga kesulitan menanggulangi penularan di rumah sakit, panti jompo, rumah sakit jiwa, dan gedung-gedung inap lainnya.
"Kami sangat mengerti berlanjutnya pembatasan sosial membutuhkan anggaran dan pengorbanan yang besar, tapi jika sekarang kami longgarkan, upaya yang kami investasikan sejauh ini dapat muncul dan menghilang seperti gelumbung," kata Chang, Sabtu (4/4).
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Korsel (KCDC) mengkonfirmasi 94 kasus infeksi baru dan tiga kematian. Sehingga, totalnya Korsel sudah mengkonfirmasi 10.156 kasus infeksi dan 177 kematian.
Pada awal Maret kasus baru di Korsel mulai menurun. Negeri Ginseng sempat melaporkan 500 kasus per hari walaupun jumlah kasus infeksi menurun.
Namun, Korsel masih khawatir dengan penularan di metropolitan Seoul, rumah bagi hampir setengah dari 51 juta populasi Korsel tinggal.