REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Afrika menjadi salah satu wilayah yang sangat akan jatuh ketika berhadapan penyebaran virus corona. Upaya bersama dari masyarakat menjadi jalan keluar yang ditawarkan secara luas.
Label mode Libya, Fashion House, telah beralih dari membuat pakaian menjadi penjahit alat pelindung diri medis. Sebanyak enam wanita menjahit pakaian pelindung untuk dokter dan perawat secara sukarela dan beberapa bahkan tidur di pabrik.
Fashion House telah membuat 50 pakaian medis sejauh ini dan mereka sedang mengerjakan bagian kedua. "Gagasan itu bermula ketika seorang dokter di Rumah Sakit al-Jalaa di Tripoli menghubungi berbagai bisnis untuk meminta bantuan," kata pendiri Najwa Taher Shokriy dikutip dari BBC.
Perempuan berusia 26 tahun ini memulai merek pakaian setahun yang lalu, tetapi menunda ambisinya membuat pakaian untuk mengatasi krisis medis yang terjadi di negaranya. Dia dan penjahitnya ingin menghasilkan lebih banyak pakaian medis, tetapi menghadapi hambatan untuk mendapatkan lebih banyak bahan dan mesin jahit di kota yang dilanda konflik.
Selain Shokriy dengan Fashion House, seorang pemilik tanah di Kenya membebaskan sewa kepada 34 orang yang tinggal di wilayahnya. Michael Munene memiliki 28 apartemen di negara bagian barat Nyandarua dengan biaya 3.000 shilling Kenya per bulan.
Namun, semenjak pandemi virus korona menyebar di wilayah itu, Michael memutuskan para penyewa tidak perlu membayar selama bulan Maret dan April. Dia memahami pandemi telah menempatkan mereka dalam situasi keuangan yang sulit.
"Mereka telah menjadi penyewa saya untuk sementara waktu dan sewa yang mereka bayar telah membantu saya melakukan banyak hal. Jadi aku memutuskan ini saatnya bekerja dengan mereka dan saling membantu," ujar Michael.
Hal serupa juga dilakukan oleh seorang bintang pop Ethiopia Hamelmal Abate. Dia telah menyumbangkan sebuah villa untuk digunakan oleh orang-orang yang harus melakukan karantina.
Bulan lalu, pemerintah Ethiopia memerintahkan semua orang yang tiba di negara itu untuk dikarantina di sebuah hotel dengan biaya sendiri selama 14 hari. Penyanyi era 1990-an mengatakan, mempersilakan orang asing yang tidak memiliki uang untuk memanfaatkan bangunannya.
"Beberapa, yang datang dari luar negeri, bisa tinggal di hotel yang ditugaskan untuk tujuan ini. Tetapi ada yang tidak mampu. Mereka harus diperlakukan dengan cara yang sama," kata Hamelmal.
Properti yang dipinjamkan Hamelmal bersebelahan dengan kediamannya di ibukota, Addis Ababa. Dia adalah salah satu dari semakin banyak orang Ethiopia yang menyumbangkan rumah mereka untuk menjadi pusat karantina karena kekhawatiran mengenai kurangnya ruang bagi untuk melakukan isolasi mandiri.