REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dirawat di rumah sakit untuk menjalani sejumlah pemeriksaan pada Ahad (5/4) setelah menderita gejala virus corona yang bertahan selama 10 hari setelah dites positif untuk virus itu. Downing Street mengatakan ia tetap bertanggung jawab atas jalannya pemerintah.
Johnson, yang melakukan swakarantina di Downing Street setelah dites positif bulan lalu, masih menderita demam sehingga dokternya merasa ia harus dirawat di rumah sakit (RS). Perawatan di RS yang tidak disebutkan namanya itu untuk menjalani pemeriksaan dalam apa yang pemerintah katakan sebagai langkah pencegahan.
"Atas saran dokternya, perdana menteri malam ini telah dirawat di rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan," kata kantornya di Downing Street dalam sebuah pernyataan.
Johnson diperkirakan akan menginap di rumah sakit. "Ini adalah langkah pencegahan, karena perdana menteri terus memiliki gejala virus corona yang tetap bertahan sepuluh hari setelah dites positif untuk virus itu," tambah pernyataan itu.
Berita rawat inap PM Johnson muncul hanya satu jam setelah Ratu Elizabeth menyampaikan seruan kepada publik Inggris bahwa mereka dapat mengatasi wabah virus corona jika mereka tetap tegas. Johnson, 55, pada 27 Maret menjadi pemimpin pertama dari negara besar yang mengumumkan bahwa ia telah dites positif. Dia menjalani karantina mandiri di sebuah apartemen di Downing Street dan mengatakan pada Jumat bahwa dia masih tinggal di sana karena dia mengalami demam.
Downing Street menggarisbawahi bahwa ini bukan situasi darurat dan bahwa Johnson tetap bertanggung jawab atas jalannya pemerintahan. Menteri Luar Negeri Dominic Raab akan memimpin pertemuan darurat Covid-19 pemerintah pada Senin, kata satu sumber.
Ratu Elizabeth telah diberitahu tentang dirawatnya Johnson di rumah sakit, kata Istana Buckingham. Tidak ada komentar lebih lanjut.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan Johnson adalah orang kuat ketika dia menyampaikan komentarnya untuk kesembuhan PM Inggris itu. "Semua rakyat Amerika berdoa untuknya," Trump mengatakan pada konferensi pers.