REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sedang beristirahat di rumah sakit setelah dinyatakan pulih dari Covid-19. Sementara itu masyarakat Inggris diminta untuk tidak keluar rumah saat Paskah agar jumlah kasus infeksi tidak terus bertambah.
Menghilangnya pemimpin berusia 55 tahun itu sempat menghebohkan publik. Tapi kini ia sudah keluar dari unit gawat darurat rumah sakit St Thomas setelah mengalami demam tinggi dan batuk-batuk.
"Ia harus beristirahat, bila hal ini bisa menjangkiti perdana menteri demi tuhan, maka virus ini memang di depan pintu," kata ayahnya, Stanley Johnson kepada BBC Radio, Jumat (10/5).
Dalam kesempatan itu Stanley Johnson juga berterimakasih kepada publik Inggris yang telah mendukung putranya. Ia juga meminta masyarakat untuk mengikuti himbauan pemerintah.
Johnson menjadi pemimpin negara pertama yang masuk rumah sakit karena virus corona. Membuatnya harus menyerahkan kekuasaan kepada Menteri Luar Negeri Dominic Raab.
Tepat saat situasi pandemi virus korona di Inggris semakin memburuk. Pasalnya virus corona sudah menewaskan 7.978 pasien di negeri itu. Inggris menjadi negara dengan tingkat kematian tertinggi kelima di dunia.
"Anda tidak bisa pergi dari penyakit ini dan langsung ke Downing Street dan mengambilalih kendali (pemerintahan) tanpa periode penyesuaian," kata Stanley Johnson.
Kantor perdana menteri di Downing Street mengatakan Boris Johnson sedang di 'fase awal' penyembuhan. Belum diketahui sampai kapan ia berada di rumah sakit. Tapi kondisinya yang semakin membaik meningkatkan semangat Inggris dan negeri lain.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan kabar kesembuhan Johnson sebagai 'kabar baik'. Tunangan Boris Johnson yang sedang hamil Carrie Symonds juga memiliki gejala Covid-19.
Pemerintah Inggris sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri karantina wilayah. Raab mengatakan keputusan ini masih terlalu cepat dibuat karena Inggris belum mencapai puncak pandemi.
Pemerintah Inggris mengatakan mereka dapat mengajukan gagasan yang lebih baik pekan depan. Setelah mengetahui apakah karantina wilayah berhasil menurunkan kasus infeksi dan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit.
"Kami mulai melihat adanya kondisi yang tak berubah," kata profesor epidemiologi Imperial College London, Neil Ferguson kepada BBC Radio.
Ferguson membantu pemerintah Inggris untuk merespons pandemi virus corona. Ia mengatakan masih perlu beberapa hari untuk melihat penurunan angka kematian dan butuh beberapa pekan untuk menyimpulkan apakah kebijakan karantina wilayah dapat dicabut atau tidak.
Inggris sudah menerapkan karantina wilayah selama tiga pekan. Kini wewenang polisi ditambah. Mereka bisa mendenda orang yang berjalan terlalu jauh dari rumahnya kecuali bagi pekerja esensial atau untuk mencari makanan atau obat-obatan.