Sabtu 11 Apr 2020 05:48 WIB

Obat yang Direposisi untuk Covid 19 Berharga Murah, Tapi...

Butuh rencana jelas agar persediaan obat-obatan ini tidak cepat habis.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
 Chloroquine
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Chloroquine

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Obat-obatan yang direposisi atau dimodifikasi untuk membantu melawan Covid 19 tidak memakan biaya yang besar. Tetapi, kemungkinan sulit untuk diproduksi dalam jumlah yang besar.

"Setiap perusahaan farmasi yang memproduksi perawatan apa pun yang saat ini dalam uji klinis terhadap virus corona membutuhkan rencana yang jelas untuk meningkatkan produksi secara besar-besaran," kata Andrew Hill, peneliti dari University of Liverpool, Jumat (10/4).

"Kalau tidak, persediaan obat-obatan ini bisa cepat habis," tambahnya.

Dalam sebuah penelitian yang dirilis Jumat (10/4)dalam Journal of Virus Eradication, Hill dan lima peneliti lainnya, termasuk ahli kimia Universitas Howard Joseph Fortunak, meneliti biaya pembuatan obat-obatan dalam uji coba Covid 19 baru-baru ini atau yang sedang berlangsung.

Dengan menggunakan harga bahan-bahan farmasi aktif untuk membuat perkiraan, mereka mengatakan, remdesivir obat eksperimental Gilead Science, awalnya untuk Ebola, dapat dibuat dengan harga hanya 0,93 dolar AS atau sekitar Rp 14.700 untuk pasokan sehari.

Gilead mengatakan, angka tersebut tidak secara akurat mencerminkan biaya produksi dalam skala besar. Obat flu Fujifilm Holdings Corp, Avigan, menghasilkan 1,45 dolar AS atau Rp 23 ribu per hari.

Sementara itu, hydroxychloroquine, obat malaria yang sudah berusia puluhan tahun disebut-sebut oleh Presiden AS Donald Trump dan yang lainnya sebagai game changer yang memungkinkan meskipun tidak ada bukti ilmiah yang berhasil. Harga produksinya hanya sekitar 8 sen atau Rp 1.200.

Obat lain yang diteliti oleh para peneliti termasuk obat malaria, kloroquine, antibiotik azithromycin, obat paru-paru Esbriet dan obat rheumatoid arthritis Actemra, serta obat HIV AbbVie dan koktail Hepatitis C.

"Seandainya obat yang direposisi menunjukkan kemanjuran terhadap Covid 19, mereka dapat diproduksi secara menguntungkan dengan biaya yang sangat rendah," menurut para peneliti. Mereka memberikan kisaran antara 1 dolar AS dan 29 dolar AS per pengobatan.

Meskipun demikian, permintaan obat-obatan yang terbukti cukup resilien dapat dengan cepat melampaui pasokan. Ini memerlukan aliansi industri baru, manufaktur paralel oleh banyak perusahaan, dan pembagian kekayaan intelektual.

"Permintaannya bisa sangat besar, dan dapat menyebabkan kekurangan bagi orang yang biasanya menggunakan obat ini untuk penyakit lain," kata Hill.

Perusahaan Roche, yang menerima 25 juta dolar AS dalam pendanaan AS untuk uji coba obat Actemra, mengatakan sedang meningkatkan kapasitas produksi untuk Actemra intravena dan telah meningkatkan pasokan hingga 50 persen dalam beberapa minggu terakhir.

Perusahaan obat asal Swiss itu menambahkan bahwa mengingat Actemra belum disetujui untuk Covid 19, diskusi penetapan harga masih terlalu dini.

Untuk obat Avigan yang diproduksi Fujifilm, Jepang menyediakan sekitar 128 juta dolar AS untuk meningkatkan pasokan untuk merawat 2 juta orang, karena dosis tiga kali lipat diperlukan untuk Covid 19 daripada influenza.

Gilead dapat menghasilkan 140 ribu gelombang pengobatan remdesivir jangka pendek, dan 1 juta lebih pada Desember.

Sanofi dapat membuat jutaan dosis hidroksi kloroquine. Tetapi apakah itu cukup atau tidak, mungkin tergantung pada apakah uji coba menunjukkan itu harus digunakan untuk jutaan pasien yang berpotensi terinfeksi ringan, atau hanya untuk pasien ICU parah.

Sanofi telah meningkatkan produksi hidroksi chloroquine hingga 50 persen di delapan lokasi pabriknya di seluruh dunia. Perusahaan itu mengatakan pada hari Jumat (10/4), bahwa pihaknya akan menyumbangkan 100 juta dosis ke 50 negara.

Sementara Novartis telah menjanjikan 130 juta dosis dan mengatakan sedang mencari lebih banyak bahan, apabila uji coba menunjukkan obat bekerja. Sejauh ini, beberapa dokter termasuk di China mengatakan, hasilnya tidak meyakinkan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement