Selasa 14 Apr 2020 14:26 WIB

Jamuan Makan Malam Diduga Sebarkan Virus Corona di Tasmania

Lonjakan kasus virus corona di Tasmania disumbang acara jamuan makan malam.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia menyelidiki sebuah acara pertemuan yang digelar oleh petugas kesehatan di negara bagian Tasmania, ketika negara sedang berupaya untuk melawan pandemi virus corona. Acara pertemuan tersebut diduga telah menyumbang kasus baru virus corona di Tasmania.

Perdana Menteri Tasmania, Pete Gutwein mengatakan, ada lonjakan kasus virus corona mencapai 50 persen sejak Kamis lalu. Kenaikan tersebut terjadi ketika negara bagian lain mengalami penurunan penambahan kasus baru virus corona.

Baca Juga

"Ini adalah tuduhan yang serius. Saya sudah meminta kepolisian Tasmania untuk menyelidiki masalah ini," ujar Gutwein.

Media lokal melaporkan, Kepala Petugas Medis Australia, Brendan Murphy mengkonfirmasi bahwa ada acara jamuan makan malam yang digelar oleh pekerja medis di Tasmania. Menurut Murphy, mereka bertanggung jawab atas peningkatan jumlah kasus virus corona di negara bagian tersebut.

Australia melaporkan sekitar 6.350 kasus virus corona, dengan 41 kematian. Jumlah kasus baru di negara tersebut telah menurun. Namun para pejabat mengatakan bahwa, berkurangnya jumlah kasus baru disebabkan oleh faktor libur Paskah selama empat hari, sehingga pengujian virus corona juga mengalami perlambatan.

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan, masih terlalu dini untuk melonggarkan kebijakan menjaga jarak sosial atau membuka kembali aktivitas bisnis. Sebagian besar warga Australia masih harus tinggal di rumah kecuali pergi berbelanja bahan makanan, memiliki janji medis dengan dokter, maupun berolahraga.

"Belum ada negara yang menemukan jalan keluar dari hal ini, dan Australia berada dalam posisi yang lebih baik daripada kebanyakan. Kami ingin tetap seperti itu," kata Morrison kepada program Sunrise Channel Seven. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement