REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI — Ghulam Mustafa menjadi salah satu orang yang bekerja di sebuah apotek di Clifton, wilayah tepi laut Karachi, Pakistan. Ia telah terbiasa melalui hari-harinya saat ini dengan mengenakan masker dan sarung tangan biasa yang disediakan oleh pemilk tempatnya bekerja.
Perlengkapan yang digunakan Mustafa bisa dikatakan cukup minim, terlebih dengan situasi pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang membuat semua orang harus ekstra berhati-hati. Ia juga mengatakan bahwa apotek-apotek yang ada di Pakistan ramai dengan pengunjung, baik yang datang membawa resep maupun hanya menyebut nama merek obat yang mereka butuhkan.
Selain tenaga kesehatan, orang-orang yang bekerja di apotek diyakini sebagai target potensial terinfeksi virus corona jenis baru. Mustafa mengatakan seringkali dirinya merasa khawatir setiap mendengar petugas medis seperti dokter atau perawat yang positif Covid-19.
“Semakin stres setiap harinya, terutama ketika Anda mendengar tentang seorang dokter atau perawat yang terinfeksi,” ujar Mustafa kepada Anadolu Agency pada Rabu (15/4).
Selain rumah sakit, apotek adalah satu-satunya layanan bisnis yang tetap beroperasi selama lockdown diberlakukan di Pakistan. Karena itu, ribuan apoteker, bersama dengan para profesional medis di seluruh negeri bekerja siang dan malam untuk membantu menyelamatkan nyawa orang-orang.
Mustafa mengungkapkan bahwa para profesional medis telah melakukan semua tindakan pencegahan yang diperlukan. Hal itu termasuk menggunakan pakaian khusus pelindung diri dan masker. Namun, tetap saja mereka bisa terinfeksi virus.
Karena itu, Mustafa mengatakan risiko yang sama, bahkan lebih besar terjadi pada orang-orang yang bekerja di apotek. Pria berusia 32 tahun itu mengatakan bahwa mereka menghadapi banyak orang setiap harinya, yang menjadikan potensi bahaya lebih besar.
Hingga Rabu (15/4), jumlah kasus Covid-19 di Pakistan menjadi hampir 6.000 dan terdapat 107 kematian dikonfirmasi. Di antara korban meninggal akibat penyakit tersebut adalah tiga dokter dan puluhan tenaga medis lainnya.
Aosisasi medis Pakistan telah menuding pemerintah negara itu tidak menyediakan peralatan keselamatan yang tepat untuk pra-dokter dan tim paramedis seluruhnya yang menjadi garda terdepan melawan Covid-19. Kapasitas pengujian yang rendah juga membuat jumlah pasien infeksi virus ini semakin sulit diketahui.
Situasi bahkan lebih buruk untuk para pekerja di apotek-apotek yang ada di daerah kumuh. Zahid Ali, seorag pemilik apotek kecil di Chakiwara, daerah kumuh di distrik selatan Karachi mengatakan social distancing yang berlaku tidak ada artinya bagi orang-orang di lingkungannya.
“Saya mengambil tindakan pencegahan sebanyak yang saya bisa, hanya itu yang bisa saya lakukan,” kata Ali.
Hanya satu dari orang yang bekerja di apotek milik Ali yang mengenakan masker. Bahkan, di pasar grosir bahan kimia terbesar di Karachi, yang terletak di distrik selatan yang terdiri lebih dari 1.500 apotek, tidak ada prosedur keselamatan yang dipatuhi.
Faiyaz Alam, seorang ahli kesehatan yang berbasis di Karachi percaya bahwa apoteker berisiko tinggi terinfeksi, terutama mereka yang berasal dari daerah terpencil. Setiap apoteker bertemu dengan puluhan orang setiap harinya, bahkan tidak mengikuti aturan untuk tidak melakukan kontak langsung, mereka dilaporkan masih berjabat tangan satu sama lain.
"Harus ada pelindung antara orang-orang yang bekerja di apotek dan pelanggan. Tetapi hanya beberapa apotek yang mengikuti protokol ini," ujar Alam.
Penutupan layanan rawat jalan di sebagian besar sektor publik dan rumah sakit swasta di seluruh negeri yang bertujuan mengurangi kemungkinan infeksi telah membebani apotek-apotek di luar fasilitas medis tersebut. Warga yang panik juga memilih untuk pengobatan sendiri atau berkonsultasi dengan dokter secara online.
Mengonfirmasi fenomena tersebut, Abdul Samad, anggota asosiasi kimia grosir Karachi, mengatakan bahwa penjualan obat-obatan untuk menyembuhkan demam, batuk, flu, dan penyakit musiman lainnya telah meningkat pesat dalam dua bulan terakhir. Ia mengatakan orang-orang yang membeli obat-obatan ini karena takut dan panik dan tak ada yang ingin memiliki gejala infeksi virus corona. Namun, hingga saat ini Pakistan tidak memiliki kekurangan obat-obatan tersebut, meski banyak yang membeli secara berlebihan.