REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO--International Monetary Fund (IMF) mengatakan pada tahun ini untuk pertama kalinya dalam 60 tahun pertumbuhan ekonomi Asia terhenti. Pasalnya pandemi virus corona memberikan dampak 'tidak biasa' pada sektor jasa dan ekspor di kawasan tersebut.
Direktur IMF Departemen Asia dan Pasifik Changyong Rhee mengatakan pembuat kebijakan harus menawarkan bantuan kepada rumah tangga dan perusahaan yang paling terdampak kebijakan pembatasan sosial. Selain itu dibutuhkan langkah lain yang bertujuan memutus rantai penularan virus corona.
"Ini masa yang sangat tidak menentu dan menantang bagi perekonomian global, tidak terkecuali kawasan Asia Pasifik. Dampak virus corona di kawasan ini sangat buruk, di seluruh penjuru, dan tidak biasa," kata Rhee dalam konferensi yang dilakukan melalui video konferensi, Kamis (16/4).
Dalam laporan yang dirilis pada Kamis ini, IMF mengatakan tampaknya tahun ini pertumbuhan ekonomi di Asia menyentuh angka nol. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam 60 tahun.
"Ini bukan waktu untuk bisnis seperti biasa. Negara-negara Asia harus menggunakan semua instrumen kebijakan dalam peralatan mereka," kata Rhee.
Saat kontraksi ekonomi Asia dianggap lebih baik dibandingkan kawasan lain, proyeksi tahun ini diperkirakan lebih buruk dibandingkan krisis finansial global tahun 2008. Kala itu rata-rata pertumbuhan ekonomi masih di angka 4,7 persen.
Dengan asumsi kebijakan pembatasan sosial berjalan sukses, IMF memprediksi tahun depan ekspansi di pertumbuhan ekonomi Asia tahun depan sebesar 7,6 persen. Tapi outlook ini pun masih sangat tidak pasti.
Tidak seperti krisis finansial tahun 2008 yang membuat Lehman Brother bangkrut, IMF mengatakan pandemi memukul langsung sektor jasa karena memaksa rumah tangga untuk tetap tinggal di rumah dan toko-toko ditutup. Negara-negara ekspor juga mengalami penurunan permintaan barang dari mitra dagang utama mereka seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Tahun ini pertumbuhan ekonomi China diperkirakan tumbuh 1,2 persen. Angka itu jauh dibandingkan prediksi IMF pada bulan Januari yang sebesar 6 persen. Hal ini disebabkan lemahnya ekspor dan hilangnya aktivitas ekonomi dalam negeri karena kebijakan pembatasan sosial.
IMF menambahkan, perekonomian terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan mengalami rebound pada akhir tahun ini. Lalu pertumbuhan kembali naik menjadi 9,2 persen pada tahun depan tapi masih risiko dalam outlook pertumbuhan Cina ini. Terutama bila virus kembali dan menunda proses normalisasi.
Menurut IMF, pembuat kebijakan di negara-negara Asia harus menawarkan dukungan terhadap rumah tangga dan perusahaan yang paling terdampak. Mereka juga meminta pemerintah untuk menyediakan likuiditas yang cukup ke pasar dan mengurangi beban finansial yang dihadapi pengusaha kecil dan menengah.
Negara-negara berkembang di kawasan Asia harus memanfaatkan jalur pertukaran bilateral dan multilateral untuk mendapatkan dukungan finansial dari institusi multilateral. IMF mengatakan mereka harus mengendalikan modal sebanyak yang diperlukan untuk menghadapi gangguan aliran modal yang disebabkan pandemi virus corona.