REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dokter dan perawat di Inggris akan diminta untuk tetap merawat pasien infeksi virus corona meskipun tanpa alat pelindung diri (APD) yang memadai. Mereka juga akan terdesak untuk menggunakan kembali peralatan pelindung diri itu di tengah bayang-bayang kekurangan pasokan.
Keputusan tersebut merupakan kebalikan dari pedoman bagi rumah sakit yang diterbitkan Public Health England pada Jumat. Awal pekan ini, BBC melaporkan bahwa rencana tersebut tengah dipertimbangkan sebagai "upaya terakhir".
Keputusan terbaru keluar ketika NHS Providers memberi sinyal peringatan bahwa sejumlah rumah sakit akan kehabisan stok APD dalam 24 jam. Chris Hopson, kepala asosiasi yang mewakili lembaga penyedia layanan kesehatan di Inggris, mengatakan bahwa titik kritis telah terjadi.
"Kita sudah sampai di titik di mana stok nasional baju tahan cairan serta jas laboratorium berlengan panjang akan habis dalam 24 jam sampai 48 jam ke depan," ujarnya melalui akun Twitter.
1/16 Clear some trusts will now run out of gowns. Explanation below - why, what’s been done to prevent this and what next? We are not the government or NHS England, we are the voice of frontline trusts. More info here: https://t.co/2DYLOwMbPS
— Chris Hopson (@ChrisCEOHopson) April 17, 2020
Sementara itu, Dr Rob Harwood selaku ketua komite konsultan di British Medical Association, mengatakan usulan untuk penggunaan APD secara berulang harus didasari oleh sains dan bukti terbaik. Ia tak ingin alasan kelangkaan pasokan menjadi dasar pemberlakuan kebijakan tersebut.
Harwood mengingatkan bahwa perlindungan terhadap tenaga kesehatan tidak dapat ditawar. Apalagi, 50 pekerja NHS telah menjadi korban meninggal setelah tertular Covid-19 dari pasien.
"Jangan buat makin banyak dokter dan rekannya mempertaruhkan nyawanya sendiri dalam upaya menyelamatkan orang lain dan usulan baru ini menempatkan mereka dalam posisi itu," ungkapnya seperti dilansir BBC, Sabtu.