REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Para tunawisma di Paris, Prancis, semakin bergantung pada sumbangan untuk makanan, pakaian, dan kebutuhan sehari-hari. Mereka pun mengikuti anjuran pembatasan sosial selama lockdown.
Prancis telah memperpanjang karantina wilayah hingga 11 Mei untuk mengekang penyebaran virus korona yang telah menewaskan hampir 18.000 orang. Sementara sebagian besar dari 67 juta orang Prancis tinggal di rumah, para tunawisma juga berusaha untuk menghormati aturan.
"Mereka (para tunawisma) terkurung di dalam kotak kardus, di sudut mereka. Mereka menghormati, yah, yang kita tahu, mereka menghormati kurungan dengan cara mereka sendiri," kata perwakilan kelompok amal Goelette, Celine Mendak.
Ibukota Perancis memiliki lebih dari 3.600 orang yang kehilangan tempat tinggal. Sejak dimulainya penutupan sebulan yang lalu, pekerja Goelette telah mengumpulkan makanan hampir setiap hari, mengisi tas troli, dan berjalan melalui pusat kota. Kelompok ini berhenti untuk mengobrol dengan beberapa tunawisma yang berkemah di sisi jalan-jalan dan menawarkan kebutuhan.
Seorang pria tunawisma bernama Erwan mengatakan, meskipun uang yang diterima di jalan-jalan telah berkurang separuhnya selama lockdown, doa menikmati percakapan dengan warga Paris. "Saya telah melihat orang-orang di jalan yang mengabaikan saya dan melihat ke bawah hidung mereka, dan sejak karantina, mereka berhenti untuk berbicara kepada saya dan itu sangat bagus," katanya.
Dikutip dari Worldometers, Prancis telah mengonfirmasi 147,969 kasus dengan 18,681 orang meninggal dunia. Sedangkan jumlah total kasus Covid-19 secara global telah mencapai 2,250,790 dan 154,266 meninggal dunia.