REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kementerian Dalam Negeri Turki mengumumkan akan menerapkan kembali jam keluar atau jam malam selama 48 jam di 31 provinsi yang akan dimulai tengah malam, Jumat (17/4) hingga Ahad (19/4). Hal ini merupakan bagian dari langkah pemerintah dalam membendung penyebaran virus korona tipe baru penyebab Covid-19.
"Jam malam dieberlakukan di ibu kota Ankara, Adana, Antalya, Aydin, Balikesir, Bursa, Denizli, Diyarbakir, Erzurum, Eskisehir, Gaziantep, Hatay, Istanbul, Izmir, Kahramanmaras, Kayseri, Kocaeli, Konya, Malatya, Manisa, Mardin, Mersin, Mugla, Ordu, Sakarya, Samsun, Sanliurfa, Tekirdag, Trabzon, Van dan Zonguldak," kata kementerian dalam sebuah pernyataan dikutip Anadolu Agency, Sabtu (18/4).
Surat resmi ini juga sudah disampaikan kepada gubernur-gubernur setempat. Menurut surat itu, toko makanan, rumah sakit, apotek, dan tempat kerja yang memproduksi produk kesehatan dan pasokan medis akan terus beroperasi.
Langkah ini merupakan bentuk pencegahan perdana yang diambil pemerintah Recep Tayyip Erdogan di 31 provinsi di seluruh negeri pada 11-12 April lalu, kemudian diterapkan kembali. Pada Jumat, Turki mengkonfirmasi kematian baru sebanyak 126, sehingga jumlah kematian menjadi 1.769. Turki telah melakukan 40.270 tes selama satu hari terakhir, dengan jumlah total tes mencapai 558.413.
"Dengan meningkatnya jumlah tes, jumlah kasus terus meningkat, namun kecepatan kasus turun. Tidak akan mengejutkan untuk memiliki perataan dalam beberapa hari mendatang," ujar Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca.
Dia mengatakan, pihaknya kini merawat 1.845 pasien di unit perawatan intensif. Tingkat orang yang dalam perawatan intensif hampir 60 persen dan tingkat perawatan biasa hampir 50 persen. Dia pun menyebut situasi ini kesuksesan Turki.
Sebelum diberlakukannya jam malam, 35 persen kasus di Turki adalah di antara orang-orang yang berusia 65 tahun atau lebih, sementara persentase ini turun menjadi 18 persen setelah jam malam. "Warga seharusnya tidak menyerah untuk menghindari fluktuasi baru dan mereka harus memiliki sedikit kesabaran," kata Koca.
Virus korona baru telah menyebar ke 212 negara dan wilayah sejak muncul di Cina Desember lalu. Hingga kini, Amerika Serikat (AS) dan Eropa tercatat sebagai wilayah yang paling parah terkena dampak pandemin ini.
Secara global, tercatat lebih dari 2,21 juta kasus infeksi positif korona, sedangkan lebih dari 151 ribu dilaporkan meninggal dunia. Lebih dari 565.800 orang kini telah pulih dari virus, menurut data yang dikumpulkan oleh Johns Hopkins University yang berbasis di AS.