REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas China telah menghapus 153 akun media sosial (medsos) yang memuat artikel-artikel yang menyarankan beberapa negara tetangga bersatu dengan China. Sentimen nasionalisme ini disebut-sebut muncul karena wabah virus corona yang semakin kuat.
Artikel-artikel itu mengatakan, negara-negara seperti Kazakhstan dan Vietnam, serta bagian dari negara-negara lain seperti Manipur di India, ingin kembali ke China. Dilansir di South China Morning Post, otoritas China pun melakukan sejumlah penyelidikan resmi. Media pemerintah setempat menggambarkan itu sebagai sesuatu yang palsu dan menyesatkan.
Konten itu dianggap berbahaya bagi kepentingan nasional China dan menjadi penyebab gesekan diplomatik yang tidak perlu. Pekan ini, Kementerian Luar Negeri Kazakhstan memanggil Duta Besar China untuk Asia Tengah, Zhang Xiao, untuk melaporkan salah satu artikel berjudul "Mengapa Kazakhstan ingin kembali ke China?".
Artikel itu mengeklaim, beberapa leluhur orang Kazakh berbagi ikatan sejarah yang dalam dengan China dan keturunan China Han serta ingin kembali ke China. Artikel ini pertama kali dipublikasikan di akun WeChat dari sebuah perusahaan internet di kota Xian, China barat laut. Artikel itu lantas diunggah ulang di situs web China lainnya, termasuk Sohu.com. Lebih dari 30 artikel serupa telah muncul di akun medsos perusahaan Xian, yang izin usahanya dicabut pada Juli 2019.
Dalam sebuah wawancara dengan Global Times pekan ini, Zhang mengatakan artikel-artikel itu tidak mewakili sikap resmi China tentang pandemi corona. "Ikatan Sino-Kazakh tidak akan rusak karena artikel yang tidak memiliki dasar," kata Zhang.
Juru bicara Partai Komunis China di laporan People's Daily mengatakan, WeChat telah menghapus lebih dari 227 artikel serupa dan menangguhkan 153 akun yang menyebarkannya. Sejumlah operator akun juga telah ditangkap.
"Artikel-artikel yang penuh sensasi dan sensasional yang dipenuhi dengan nasionalisme yang sempit ini sangat menyesatkan dan dampaknya yang merusak tidak boleh diremehkan," tulis People's Daily.
Orang-orang yang menerbitkan dan menyebarluaskan artikel ini bukan patriot asli. "Melainkan didorong oleh rasio klik dengan mengonsumsi sentimen publik," kata laporan People's Daily.
Artikel lain berjudul "Mengapa Vietnam ingin kembali ke Cina?" diterbitkan awal bulan ini dan sudah dibaca lebih dari 20 ribu kali. Di medsos, beberapa orang mengatakan artikel itu dirancang untuk menipu orang yang tidak berpendidikan dan orang tua.
"Ini adalah jenis konten yang akan membuat ibuku jatuh cinta," komentar seseorang.
"Satu-satunya alasan artikel ini berkembang adalah karena ada banyak nasionalis China yang senang membacanya. Ini memberi mereka dorongan kepercayaan nasional dan rasa memiliki prestasi," komentar orang lainnya.