REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris belum mempertimbangkan pencabutan karantina wilayah atau lockdown setelah diberlakukan sekitar sebulan. Tingginya tingkat kematian akibat covid-19 menjadi salah satu alasannya.
Menteri Kantor Kabinet Inggris Michael Gove mengatakan, laporan Buzzfeed yang menyebut bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk mencabut lockdown secara bertahap dalam beberapa bulan mendatang adalah tidak benar.
"Fakta-fakta dan sarannya jelas saat ini bahwa kami seharusnya tidak berpikir untuk mengangkat pembatasan ini," kata Gove kepada Sky News, Ahad (19/4).
Gove tak menampik bahwa angka kematian akibat covid-19 di Inggris masih tinggi. "Salah satu hal yang sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan adalah tingginya tingkat kematian. Bukti menunjukkan bahwa tingkat infeksi dan tingkat kematian rata, tetapi kami tidak sepenuhnya yakin berada di lintasan menurun," ujarnya.
Data terbaru menunjukkan sebanyak 15.464 orang telah meninggal di rumah sakit Inggris setelah dites positif covid-19. Jumlah itu meningkat lebih dari 800 orang selama tiga hari berjalan.
Menurut National Care Forum (NCF), sebanyak 2.500 orang meninggal di rumah perawatan selama sepekan hingga 13 April lalu. NCF merupakan badan perwakilan untuk sektor perawatan sosial orang dewasa di Inggris.
Selain pencabutan lockdown, Gove turut membantah laporan Sunday Times yang menyebut bahwa Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah melewatkan lima kali pertemuan krisis untuk mengatasi pandemi covid-19. "Perdana menteri mengambil semua keputusan besar. Tidak ada yang bisa mengatakan bahwa perdana menteri tidak melemparkan hati dan jiwa untuk memerangi virus ini," jelasnya.