REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Pandemi virus corona Covid-19 telah memberikan dampak bagi perekonomian para petani dan nelayan di Kenya. Sejak beberapa pekan terakhir hanya 20 persen dari hasil bumi dan tangkapan petani dan nelayan yang bisa terjual ke pasaran.
Ahmed Abdi, salah satu nelayan yang berdomisili di Kota Malindi, mengatakan penutupan pasar ekspor Cina benar-benar memengaruhi nelayan. Para nelayan di sepanjang pantai Kenya biasanya mengekspor hasil laut ke Eropa dan Cina. "Ada penjualan lokal tetapi pembeli Kenya tidak peduli dengan jenisnya. Mereka akan membayar nominal yang sama untuk salmon seperti halnya untuk tuna yang lebih langka," ujar Abdi kepada kantor berita Anadolu Agency.
Menurut Abdi, para nelayan tidak bisa bergantung pada pasar lokal sebab pasar utama mereka adalah Cina. Selain itu, jam malam yang diberlakukan untuk menekan penyebaran Corona memengaruhi waktu mereka mencari ikan serta kualitas dan kuantitas tangkapan.
Sama seperti para nelayan, para petani juga menanggung dampak besar akibat pandemi. George Wetaba, seorang petani di Kenya bagian barat, mengeluhkan tiga permasalahan yang saat ini terjadi secara bertubi-tubi. Pertama, pandemi membuat petani terlambat menanam padi untuk musim tanam ideal.
Apabila panen gagal, Kenya terancam menghadapi kelaparan dalam beberapa bulan mendatang. Masalah kedua adalah ancaman terjangkit Corona. "Ketiga, kami menghadapi invasi belalang. Ini seperti neraka bagi kami para petani, seperti akhir dari segalanya. Kami menghadapi tiga tragedi sekaligus," kata Wetaba.
Dia berharap pemerintah segera turun tangan mengatasi itu. Penjual benih, pemasok pupuk, penyedia pestisida, dan pekerja yang mengoperasikan traktor harus melakukan pembatasan fisik akibat corona. Alhasil, para petani tidak memiliki kegiatan maupun penanaman, sehingga rantai pasokan makanan utama bisa terdampak.
Pekan lalu, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan 47 juta dolar AS tambahan untuk dana darurat Covid-19. Besaran itu membuat jumlah total dana yang disalurkan ke 47 county di negara tersebut berjumlah 94 juta dolar AS. Berdasarkan data yang dihimpun Universitas Johns Hopkins Amerika Serikat, terdapat 270 kasus positif Covid-19 di seantero Kenya. Dari jumlah tersebut, 14 pasien telah meninggal dunia dan ada 67 pasien yang dinyatakan sembuh.