Selasa 21 Apr 2020 07:17 WIB

Pekerja Seks Komersial Jepang Terdampak Corona Dapat Bantuan

Industri seks di Negeri Sakura menghasilkan hingga 24 miliar dolar AS per tahun.

Rep: Puti Almas/ Red: Muhammad Fakhruddin
Distrik perbelanjaan Ginza yang sepi, Tokyo, Jumat (10/4). Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat Selasa lalu untuk Tokyo dan enam prefektur lainnya untuk meningkatkan pertahanan terhadap penyebaran virus corona
Foto: AP / Eugene Hoshiko
Distrik perbelanjaan Ginza yang sepi, Tokyo, Jumat (10/4). Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan keadaan darurat Selasa lalu untuk Tokyo dan enam prefektur lainnya untuk meningkatkan pertahanan terhadap penyebaran virus corona

REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO — Mika, demikian nama samaran seorang perempuan asal Jepang yang bekerja sebagai seorang pekerja seks komersial merasa khawatir. Hari-harinya telah berubah sejak pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia. 

Jepang menjadi salah satu negara yang hingga Senin (20/4) tercatat memiliki jumlah kasus Covid-19 hingga 10.797. dan kematian sebanyak 236. Saat ini Negeri Matahari Terbit juga telah menyatakan status keadaan darurat, membuat semua orang harus berada di rumah masing-masing kecuali untuk keperluan penting dan menghindari kontak dekat. 

Karena itu, Mika harus berpikir keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tanpa tabungan dan sumber pendapatan lain saat ini, ia mencoba untuk bertahan dari uang pinjaman. 

Menurut Mika, usaha untuk mencari pekerjaan lain telah dilakukannya. Namun, tidak ada yang merekrut pekerja di tengah situasi yang berdampak pada krisis ekonomi seperti ini. Ia mengaku tak dapat membayar uang sewa rumah dan membeli kebutuhan dasar, terlebih untuk melunasi hutang. 

“Saya khawatir apakah saya akan memiliki tempat tinggal atau dapat menemukan pekerjaan lagi. Saya tentu khawatir dengan kesehatan saya, tapi saya lebih khawatir bagaimana untuk bertahan hidup,” ujar Mika kepada CNN, Senin (20/4). 

Para pekerja seks komersial di seluruh Jepang telah terdampak dengan status darurat yang diberlakukan membuat penutupan dan aturan pembatasan ditegakkan secara menyeluruh. Banyak bisnis dan perusahaan yang ditutup sementara waktu, serta orang-orang diminta hanya keluar rumah untuk keperluan penting seperti berbelanja bahan-bahan makanan dan mencari perawatan medis. 

Sebagai upaya meredam dampak ekonomi, Pemerintah Jepang telah meluncurkan paket stimulus besar-besaran senilai 108 triliun yen atau sekitar 989 dolar AS. Di tengah kontroversi yang terjadi, pekerja seks akhirnya dinilai memenuhi syarat untuk mengajukan permohonan bantuan, dalam kondisi tertentu, sesuai yang ditentukan. 

Meski demikian, bagi banyak pekerja seks komersial, paket bantuan ini hanya menawarkan sedikit jaminan. Beberapa lainnya juga tidak yakin tentang bagaimana cara mengajukan tunjangan secara efektif. 

“Pemerintah belum jelas mengatakan bahwa mereka akan membantu semua orang. Ada banyak orang yang tidak bisa makan dan bertahan hidup tanpa bekerja,” jelas Mika.

Di Jepang, prostitusi sebenarnya termasuk ilegal. Namun, ada jenis-jenis pekerjaan seks yang diizinkan. Bahkan, menurut avocscope, sebuah organisasi penelitian pasar gelap global, industri seks di Negeri Sakura menghasilkan hingga 24 miliar dolar AS per tahun. 

Ketika Pemerintah Jepang mulai menyusun paket bantuan, para pekerja seks yang legal dikecualikan. Hal ini menarik kritik dari para aktivis dan anggota oposisi, yang menyebut pengecualian itu sebagai diskriminasi pekerjaan.

"Jangan mengecualikan pekerja seks. Kami ingin pekerja seks dan anak-anak mereka dilindungi, seperti pekerja lain dan anak-anak mereka," ujar Japanese advocacy organization Sex Work And Sexual Health (SWASH) dalam sebuah surat kepada pemerintah pada 2 April lalu.

Para pejabat kemudian berbalik arah dan beberapa hari kemudian mengumumkan rencana yang diusulkan akan mencakup orang-orang yang bekerja secara legal di industri seks. Di bawah pedoman yang disusun, agen dan pekerja seks dapat menerima subsidi bagi mereka yang harus tinggal di rumah untuk merawat anak-anak selama penutupan sekolah.

Pekerja seks juga dapat mengajukan permohonan bantuan tunai, tersedia untuk orang-orang yang kehilangan penghasilan karena dampak Covid-19. Namun, langkah itu terus mempolarisasi opini publik di Jepang, di mana sikap tersebut cenderung condong secara sosial konservatif, dengan beberapa tokoh publik memprotes penggunaan uang pembayar pajak untuk mendukung pekerja seks.

Sementara itu, di Malaysia, di mana semua pekerjaan seks ilegal, ada beberapa jalan untuk orang-orang yang bekerja di bidang itu mendapat bantuan selama pandemi. Sebagai contoh, pemerintah negara itu telah menetapkan tunjangan bulanan dan akomodasi sementara untuk para tunawisma dan pengangguran, di mana banyak dari mereka adalah pekerja seks tetapi mereka menyembunyikan status pekerjaan untuk mendapatkan manfaat.

Sejauh ini, Thailand menjadi salah satu negara yang dinilai membuat pekerja seks dapat bernapas lega di tengah pandemi Covid-19. Meskipun kerja seks dikriminalisasi di negara itu, industri ini masih menghasilkan sekitar 4-6 miliar dolar AS dalam setahun, atau sekitar 5-10 persen dari PDB negara. 

Banyak pekerja seks Thailand mendapati diri mereka tanpa tempat kerja atau klien setelah pemerintah menutup hampir seluruh bisnis, termasuk bar dan tempat hiburan lainnya bulan lalu. Mereka dibiarkan untuk berpikir bagaimana membayar sewa tempat tinggal dan makanan. 

Itu sebabnya sangat melegakan bagi banyak orang untuk mendengar bahwa untuk pertama kalinya, para pekerja di bidang itu akan memenuhi syarat untuk tunjangan pengangguran dan hibah bantuan di bawah paket bantuan pandemi pemerintah. Rencana tersebut sudah diluncurkan, dengan beberapa pekerja melaporkan bahwa mereka telah menerimanya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement